Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dan, Kotoran Gajah Pun Jadi Kertas

Kompas.com - 17/11/2012, 02:40 WIB

Hanum, pegawai di Kementerian Lingkungan Hidup, tak menyangka kertas undangan yang diterima instansinya dari Taman Safari Indonesia berasal dari kotoran gajah. Kertas agak tebal berserat kasar itu tampak eksotis dan artistik.

Lembaran kertas itu berisi undangan peresmian Safari Poo Paper atau kertas berasal dari kotoran gajah. Ia baru menyadari kertas itu berasal dari pengolahan kotoran gajah sumatera di Taman Safari.

Di Taman Safari Indonesia (TSI) Cisarua, Bogor, Direktur TSI Frans Manangsang, saat mendampingi Menteri Lingkungan Hidup Balthasar Kambuaya, mengatakan, kertas undangan itu memang berbahan kotoran gajah. Meskipun dari kotoran, kertas itu tak berbau.

Kepala Divisi Bidang Pertamanan Kompos dan Kertas TSI Mukdor Khasani memaparkan, proses pembuatan kertas dari kotoran gajah dilakukan secara bersih dan steril. ”Sudah dicuci dan direbus untuk mematikan bakteri atau mikroba lain,” ucap dia, Jumat (9/11).

Proses pembuatan kertas dari kotoran gajah itu melalui beberapa tahapan yang diawali mencuci kotoran gajah dengan air. Pencucian memisahkan serat sisa makanan dan lainnya.

Pada pencernaan mamalia besar itu, pengolahan makanan di ususnya tidak sempurna. Sekitar 40-60 persen serat tak dicerna. Kondisi itulah yang dimanfaatkan menjadi bakal kertas.

Serat yang didapat lalu direbus untuk mematikan mikroba dan melunakkan serat. Lalu, serat bersih dan steril itu dijemur hingga kering dan berubah warna, seperti coklat susu. Kemudian serat kering digiling untuk menghaluskan dan direndam air beberapa jam agar jadi bubur.

Sambil menunggu, bisa dikerjakan pembuatan bubur kertas sebagai bahan tambahan. Caranya, kertas yang telah dipotong kecil-kecil digiling dan direndam di dalam air.

Selanjutnya, bubur serat dan bubur kertas diaduk hingga menyatu. Perbandingannya, sekitar 3 kilogram kotoran gajah dan 1 kilogram kertas bekas. Takaran bisa menyesuaikan tujuan pembuatan. Kalau ingin kelihatan banyak seratnya, perbandingan kotoran gajah ditingkatkan.

Setelah teraduk sempurna, campuran itu dicetak di atas kain screen dengan ukuran 40 cm x 50 cm. Tahapan ini mirip pembuatan sablon secara tradisional. Cetakan ini lalu dijemur supaya mengering. Dari awal hingga akhir, proses ini hanya membutuhkan waktu sehari.

Mukdor mengatakan, proses ini telah dilakukan lebih dahulu oleh Taman Safari Bali. Metode pemanfaatan ini diperoleh setelah studi banding ke Thailand dan India.

Retno Sudarwati, dokter hewan gajah di TSI Cisarua, mengatakan, ke-45 ekor gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) menghasilkan 2,5 ton kotoran. Kini yang bisa terkelola baru 100 kilogram per hari. Sebagian besar dimanfaatkan untuk pembuatan kompos yang dimulai sejak 1990.

”Dari 100 kilogram kotoran menghasilkan 4 kilogram serat kering. Dari 4 kilogram serat kering menghasilkan 210 lembar kertas ukuran 40 cm x 50 cm,” katanya. Kertas dari kotoran gajah ini sudah dimanfaatkan untuk buku, amplop, cetak foto, undangan, dan bingkai foto.

Jenis kertas lebih bagus dihasilkan oleh serat rumput gajah yang dihasilkan gajah. Ini melimpah saat musim hujan. Saat musim kemarau, rumput gajah susah didapat sehingga pakan menggunakan batang jagung.

Kurangi kerusakan

Saat peresmian Safari Poo Paper, Balthasar Kambuaya mengatakan, daur ulang kotoran gajah sebagai kertas patut diapresiasi. ”Selama ini kertas diproduksi dari pohon, hutan kita. Jika kotoran gajah bisa dimanfaatkan untuk pembuatan kertas, tentu ini sedikit banyak dapat mengurangi kerusakan hutan,” tuturnya.

Hingga kini, produksi kertas dari kotoran gajah ini masih sebatas untuk kebutuhan internal TSI. Bukan untuk dipasarkan.

Pada masa mendatang, Taman Safari juga berencana memanfaatkan kotoran gajah sebagai sumber gas metana dari proses pengomposan. Biogas ini bisa dipakai sebagai bahan bakar pembuatan kertas dari kotoran gajah.

Meskipun skala kecil, upaya memanfaatkan kotoran fauna gajah sumatera yang dilindungi ini cukup menarik. Di alam liar, jumlah gajah sumatera diperkirakan tak lebih dari 3.000 ekor.

(ICHWAN SUSANTO)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com