Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rafflesia, Bukan Bunga Bangkai

Kompas.com - 12/11/2012, 02:30 WIB

Awal November, dua bunga Rafflesia patma mekar hampir bersamaan di Kebun Raya Bogor. Tiga bunga sejenis pernah mekar di sana: 3 Juni 2010, 18 Juni 2010, dan 20 Juli 2010. Rafflesia yang mekar kali ini cikal bakalnya diambil dari Pangandaran, Jawa Barat, tahun 2006.

Momen langka ini menarik perhatian ribuan pengunjung. Namun, tahukah bahwa Rafflesia berbeda dengan bunga bangkai (Amorphophallus)?

”Saya masih menemukan buku pelajaran memasang gambar bunga bangkai, tetapi ditulis Rafflesia. Di televisi juga ada kesalahan. Padahal berbeda,” tutur Lyndie Hardstaff dari Subbidang Jasa dan Informasi pada Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor (KRB), pekan lalu.

Kedua bunga memang mengeluarkan bau busuk pengundang serangga. Namun, dari bentuk, sifat biologis, dan siklus hidup, keduanya berbeda jauh.

Rafflesia tergolong tumbuhan parasit dari marga Rafflesiaceae. Tumbuhan ini hidup menyerap nutrisi tanaman induk atau inangnya, yakni Tetrastigma, sejenis tumbuhan pemanjat dari keluarga anggur-angguran. Umumnya, Rafflesia tumbuh pada akar atau batang bagian bawah Tetrastigma dengan bentuk melebar berdiameter bervariasi, tergantung jenis. Diameter Rafflesia patma 35-40 sentimeter, sedangkan Rafflesia arnoldii—tanaman endemik Sumatera—diameternya bisa 1 meter.

Di Indonesia, ada 17 spesies Rafflesia. Rafflesia patma jenis yang pertama kali ditemukan Auguste Deschamps, 1797, naturalis berkebangsaan Perancis. Upaya menumbuhkan Rafflesia di KRB dimulai tahun 1800-an dan digiatkan lagi pada 2004.

Menurut Sofi Mursidawati, peneliti Rafflesia di KRB, Rafflesia patma yang sukses ditanam di KRB didapat dari menyambung akar Tetrastigma yang terinfeksi Rafflesia. Saat ini, peneliti baru bisa menghasilkan populasi mati. Seusai Rafflesia mekar, ia mulai proses dari awal dengan menyambung akar inang terinfeksi Rafflesia.

Bunga bangkai

Secara khusus, Amorphophallus digolongkan tumbuhan talas-talasan dari marga Araceae. Tumbuhnya tak tergantung tanaman induk. Siklus hidupnya mulai dari umbi (fase dorman), lalu masuk fase vegetatif berupa tanaman, serta berbunga. Fase dorman hingga mekar butuh waktu 3-4 tahun dengan lama mekar sekitar sepekan. Tinggi tanaman ini bisa di atas 2 meter untuk jenis Amorphophallus titanum. Tumbuh menjulang.

Di KRB, Amorphophallus titanum pertama kali ditanam 1920. Di Indonesia ada 25 jenis Amorphophallus, 18 di antaranya jenis endemik yang hanya bisa ditemukan di daerah tertentu di Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi. Salah satu jenis Amorphophallus, yakni Amorphophallus paeoniifolius (suweg), diteliti sebagai bahan pangan.

”Perbedaan lain, bunga bangkai itu punya bunga jantan dan betina, sedangkan Rafflesia bunga berumah dua. Artinya, pada satu bunga hanya ada satu jenis kelamin apakah jantan atau betina,” kata Dian Latifah, peneliti Amorphophallus dari KRB.

Oleh karena itu, Amorphophallus relatif lebih mudah dibiakkan dengan biji. Sebaliknya biji Rafflesia sukar didapat karena bunga jantan dan betina sukar didapati mekar bersamaan. (ANTONY LEE)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com