Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 23/10/2012, 14:52 WIB

Kompas.com - Testosteron adalah hormon yang menyebabkan mengapa pria memiliki kumis dan janggut, serta mendorong gairah seksualnya. Ini adalah hormon yang membuat seorang pria memiliki sosok fisik laki-laki.

Selama masa pubertas, testosteron membantu membangun otot, membuat suara lebih berat, serta mengembangkan ukuran penis dan testis. Di usia dewasa, hormon ini menjaga agar tulang dan otot tetap kuat serta menjaga hasrat terhadap seks. Pada wanita hormon ini juga ada tetapi jumlahnya sedikit.

Setelah usia 30 tahun, kadar testosteron akan berkurang secara bertahap. Penurunan hasrat seks terkadang dibarengi dengan penurunan testosteron sehingga banyak orang yang salah mengira bahwa penuaan menyebabkan gairah seks menghilang.

Jason Hedges, PhD, ahli urologi, menjelaskan bahwa pria berusia 20an sampai 40an yang memiliki gangguan ereksi pemicunya bukan karena penuaan.

"Penyebabnya bisa karena penyakit seperti diabetes, depresi, tekanan darah tinggi atau penyakit koroner. Tetapi kadar testosteron yang rendah seringkali jadi akar masalahnya," katanya.

Pria yang memiliki kadar testosteron rendah akan mengalami berbagai gejala seperti mudah lelah, depresi, dan kurang bergairah.

Kadar testosteron yang normal berkisar antara 300 nanogram per desiliter hingga 1000 - 1200 dg/dL. Kadar testosteron yang rendah bisa dipicu oleh berbagai hal misalnya cedera pada testis, kanker testis, gangguan hormon, infeksi, HIV/AIDS, penyakit ginjal, diabetes melitus, serta obesitas.

Terkadang ada pria yang memiliki kadar testosteron rendah tetapi tidak mengalami gejala apa pun. Kendati begitu sebaiknya tetap diobati karena bisa menyebabkan penurunan kepadatan tulang sehingga lebih gampang patah.

Terapi pengganti testosteron terkadang disesuaikan dengan ada tidaknya gejala yang dirasakan. Pada pria yang masih berusia muda dan ingin memiliki keturunan, dokter merekomendasikan suntik hormon yang diberikan setiap minggu untuk merangsang produksi sperma dan pergerakannya.

Sementara untuk pria yang tidak sedang dalam program memiliki anak, terapi bisa diberikan setiap hari dengan menempelkan semacam koyo berisi hormon. Terapi ini membantu level testosteron dalam level yang stabil.

Efek samping dari terapi testosteron antara lain meningkatkan jumlah sel darah merah serta memicu pembesaran payudara. Dokter juga tidak merekomendasikan terapi ini pada pria penderita kanker prostat.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com