Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dua Sisi Pembangunan, Mengurangi Kerentanan tetapi Meningkatkan Risiko

Kompas.com - 23/10/2012, 00:34 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Pembangunan berhasil mengurangi kerentanan akibat bencana namun juga meningkatkan risiko. Laju kehilangan kesejahteraan akibat lebih tinggi dibandingkan peningkatan kesejahteraan secara keseluruhan.

Inilah fakta yang muncul dari Asia Pacific Disaster Report 2012 yang disusun United Nation International Strategies for Disaster Reduction (ISDR) dan disampaikan dalam Konferensi Tingkat Kementerian Asia-Pasifik tentang Pengurangan Risiko Bencana ke-5 (AMCDRR) di Yogyakarta, Senin (22/10/2012).

Laporan mengungkap bahwa Asia Pasifik adalah kawasan paling rawan bencana. Sebanyak 2 juta orang tewas dalam kurun waktu 1970 - 2011 akibat bencana. Jumlah itu merupakan 75 persen dari total kematian akibat bencana di dunia dalam kurun waktu yang sama.

Berdasarkan laporan tersebut, kawasan Asia Pasifik paling rentang dengan bencana meteorologi, seperti siklon tropis. Sejak tahun 2000, 1,2 miliar orang terdampak 1215 bencana meteorologi. Sementara, 355 juta jiwa terdampak bencana iklim, biologi dan geofisika.

Sujit Mohanty, Program Officer ISDR Asia Pasifik mengatakan, salah satu faktor yang menunjukkan bahwa kerentanan turun karena pembangunan adalah jumlah kematian akibat bencana. "Untuk bencana meteorologi, tren kematian akibat bencana menurun," katanya.

Kondisi tersebut, katanya, tak lepas dari pengembangan sistem peringatan dini dan kesiapsiagaan yang dikembangkan. Walau demikian, ia mencatat bahwa di wilayah yang masih memiliki keterbatasan, kerentanan tetap tinggi.

Di sisi lain, dengan pertumbuhan populasi dan pembangunan, risiko bencana meningkat. Di kawasan Asia Timur dan Timur Laut yang sering terdampak siklon, risiko siklon meningkat 2,5 kali lipat sejak tahun 1970an.

Risiko tidak selalu terkait dengan meningkatnya bencana itu sendiri, tetapi akibat pertumbuhan populasi dan pembangunan yang justru dipusatkan di wilayah yang berisiko bencana.

Secara rinci, populasi yang potensial terdampak siklon meningkat dari 2,2 miliar jiwa pada 1970 menjadi 4,2 miliar jiwa pada 2010. Jumlah orang yang potensial terdampak banjir meningkat dari 29,5 menjadi 63,8 juta. Dan, jumlah orang yang tinggal di wilayah rawan siklon meningkat dari 71,8 juta menjadi 120,7 juta.

Akibatnya, potensi kerugian ekonomi pun meningkat. Kawasan Asia Pasifik mengalami kerugian ekonomi sebanyak 85 persen dari kerugian ekonomi global akibat siklon. Potensi kerugian ekonomi akibat banjir di Asia Timur dan Timur Laut meningkat 10 kali lipat dalam 40 tahun terakhir.

"Fakta ini menunjukkan pola pertumbuhan saat ini dimana pembangunan banyak dilakukan di wilayah pantai, kawasan rawan banjir dan lokasi yang banyak terpapar oleh potensi bencana," kata Mohanty.

Mohanty mengungkapkan, salah satu rekomendasi untuk mengatasi adalah evaluasi kembali pemahaman tentang risiko bencana dan fokus pada pembangunan strategis yang mengurangi paparan potensi bencana.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Video Pilihan Video Lainnya >

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com