AGNES ARISTIARINI
”Jika aku punya 300 ide dalam setahun dan hanya satu yang terwujud, aku tetap merasa puas.” Alfred Bernhard Nobel (1833-1896)
Setelah pengumuman penerima Nobel Kedokteran sehari sebelumnya, Selasa kemarin, penerima Nobel Fisika diumumkan. Ucapan selamat mengalir kepada Serge Haroche dan David J Wineland yang memenangi Nobel Fisika 2012 berkat terobosan mereka berupa metode percobaan yang memungkinkan pengukuran dan manipulasi sistem kuantum individual.
Hari-hari berikutnya, hingga 15 Oktober ke depan, masih ada pengumuman penghargaan Nobel Kimia, Sastra, Perdamaian, dan terakhir Ekonomi. Terima kasih kepada Alfred Bernhard Nobel, ilmuwan miliuner yang sudah mewariskan kekayaannya untuk memulai tradisi bergengsi ini.
Disebut bergengsi karena mereka yang mendapatkan penghargaan ini tidak hanya mengalahkan kandidat dari berbagai penjuru dunia dan nilai hadiah yang amat besar, tetapi yang terutama adalah karya mereka ikut menentukan jalan sejarah perkembangan peradaban manusia.
Alfred Nobel adalah paradoks. Ia penemu dinamit kendati dikenal sebagai pencinta damai yang menginginkan kemajuan sains untuk kebaikan kehidupan umat manusia. Menguasai lima bahasa—Inggris, Perancis, Jerman, Swedia, dan Rusia—ia lebih berkonsentrasi belajar kimia atas dorongan ayahnya.
Kekayaannya yang luar biasa berasal dari perusahaan alat perang dan kemudian minyak yang ia bangun bersama sang ayah, diikuti ketekunannya mengembangkan
Alfred Nobel yang amat gemar meneliti memiliki banyak laboratorium di Stockholm dan Karlskoga (Swedia), Hamburg (Jerman), Ardeer (Skotlandia), Paris dan Sevran (Perancis), serta San Remo (Italia). Ia tidak hanya fokus mengembangkan bahan peledak, tetapi juga berbagai materi tiruan, seperti karet, kulit, dan sutra sintetis. Hingga meninggal, ia mengantongi 355 hak paten.
Ketika surat wasiatnya dibacakan, banyak orang terkejut karena ia mewariskan hampir seluruh kekayaannya untuk penghargaan ilmiah, ditambah penghargaan sastra—bidang yang ia cintai, tetapi tidak berkembang karena ayahnya tidak suka—dan perdamaian.