Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 26/09/2012, 10:19 WIB

KOMPAS.com - Pengobatan alzheimer saat ini hanya membantu memperlambat penyakit. Belum ada metode pengobatan yang dapat menyembuhkan alzheimer. Namun, penelitian menunjukkan, sel punca bisa membantu menyelamatkan kerusakan memori.

Penyebab sebagian besar kasus alzheimer belum diketahui (1-5 persen kasus merupakan faktor keturunan). Tahun 2006 terdata 26,6 juta penderita alzheimer di seluruh dunia. Jumlah penderita alzheimer terus meningkat.

Menurut World Alzheimer Report 2011, alzheimer merupakan jenis demensia, yakni hilangnya kemampuan kognitif terkait ingatan, pikiran, dan perilaku. Alzheimer ditandai dengan hilangnya kemampuan sel-sel saraf di pusat sistem saraf dalam menyampaikan sinyal ke sel lain. Dua struktur abnormal dalam otak, yakni plak dan tangles, diduga merusak dan membunuh sel-sel saraf di hipokampus yang merupakan pusat ingatan. Plak adalah deposit pecahan protein beta amiloid yang tumbuh di sela-sela sel saraf. Tangles adalah serat-serat protein tau yang kusut bertautan di dalam sel.

Gejala umum penyakit alzheimer ialah sulit mengingat informasi yang baru diterima karena ada perubahan di otak terkait proses mengingat. Gejala biasanya berkembang lambat, tetapi berlangsung terus. Penderita alzheimer umumnya berusia di atas 65 tahun.

Gangguan stadium lanjut yang dialami adalah hilangnya orientasi dan selera/keinginan/perasaan, perubahan perilaku, serta sulit mengingat kejadian, waktu, dan tempat. Dampak lebih serius, hilangnya kemampuan berbicara dan berjalan.

Jenis terapi

Saat ini, alzheimer diterapi dengan obat, seperti cholinesterase inhibitors dan memantine. Namun, obat hanya mengurangi gejala dengan waktu terbatas, yaitu memengaruhi secara kimiawi sel-sel untuk membawa pesan ke sel-sel otak.

Di pihak lain, sel punca dalam tubuh manusia memiliki kemampuan regenerasi. Umumnya sel tubuh direproduksi dari sel punca yang berasal dari organ terkait. Namun, sel dapat direproduksi dari sel punca organ lain. Sel punca biasanya ditemukan di tulang, otak, darah, pembuluh darah, kulit, dan hati.

Penyakit yang berkaitan dengan saraf, seperti amyothropic lateral sclerosis (ALS), parkinson, alzheimer, multiple sclerosis, cerebral palsy, spinal cord injury, dan stroke, bisa diterapi dengan sel dari tali plasenta bayi.

Pengobatan dengan sel punca dewasa dilakukan di Amerika Serikat, antara lain neurogenesis, yaitu menstimulasi sel di otak melalui oral dan zat yang disuntik. Selain itu dengan sel punca autologus, yakni sel yang berasal dari pasien sendiri. Sel punca juga bisa diekstrak dari plasenta (neuron) yang dicampur dengan brain neuropeptide, neurotrophins, nerve cell factor, dan vascular endothelial growth factor yang disuntikkan agar mampu melewati sawar darah otak (blood brain barrier) atau disuntikkan ke spinal canal (saraf tulang belakang) dan pusat sistem saraf.

Sel punca plasenta termasuk yang memiliki banyak kemungkinan (pluripotent) dan kemampuan untuk ditransformasikan ke sel banyak organ. Ketika sel punca tali plasenta ditempatkan di dalam media dengan nerve growth factor dan brain neurotropic factor, sel punca otak akan berkembang menjadi sel otak dan sel di pusat sistem saraf.

Wance Firdaus Senior Research Associate Fellow, School of Medicine, Department Gynaecology/Obstetric and Neurology, Johns Hopkins University and Hospital Baltimore, Maryland, AS

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com