Jakarta, Kompas -
Hal itu mengemuka dalam perbincangan tentang benih hasil rekayasa genetik, menyusul pernyataan Komisi Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetik terkait keamanan pakan untuk jagung Bt dan RR.
Dalam jumpa pers yang diprakarsai Aliansi Desa Sejahtera (ADS), Jumat (21/9), di Jakarta, Ketua Program Bioteknologi Tanah dan Lingkungan IPB Dwi Andreas Santosa menyatakan, ”Untuk produk transgenik, gangguan terhadap kesehatan bukan karena ada zat terakumulasi. Yang terlibat di sini adalah protein. Gangguan bisa muncul karena terpapar terus-menerus,” kata Andreas. Menurut dia, kalau penelitian kurang lama, dampaknya tidak akan terlihat.
Dari laporan yang dimuat dalam jurnal ilmiah Food and Chemical Toxicology, 19 September, berdasarkan penelitian sekelompok ilmuwan pimpinan GillesEric Seralini dari University of Caen, Sedex, Perancis,
ditemukan persentase kemungkinan lebih tinggi (50-70 persen dibandingkan sekitar 30 persen) tumbuh tumor dalam perut mencit (tikus percobaan) serta kerusakan parah pada hati dan ginjal dibandingkan dengan mencit yang tidak mengonsumsi pakan transgenik.
”Penelitian dilakukan dua tahun, sesuai siklus hidup mencit,” kata Koordinator ADS Tejo Wahyu Jatmiko. Menurut penasihat hukum ADS, Rhino Subagiyo, banyak produk transgenik antre masuk ke Indonesia.