Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bitumman Libatkan Dua Pusat Kajian

Kompas.com - 15/09/2012, 02:46 WIB

Jakarta, Kompas - Perekayasaan biji tumbuh mandiri alias Bitumman sejatinya melibatkan dua lembaga pusat pengkajian di bawah Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Kedua lembaga itu adalah Balai Pengkajian Bioteknologi serta Pusat Teknologi Sumber Daya Lahan, Wilayah, dan Mitigasi Bencana.

”Penelitian mikoriza abuskular dan bakteri rizosfer itu kami lakukan sejak 1994,” kata Yenni Bakhtiar, perekayasa pada Balai Pengkajian Bioteknologi BPPT, Jumat (14/9), di Jakarta.

Yenni mengoreksi artikel Kompas (14/9) berjudul ”Bitumman, Biji Tumbuh Mandiri dari BPPT” yang hanya menyebutkan satu pusat pengkajian dalam rekayasa teknologi ini. Menurut Yenni, Balai Pengkajian Bioteknologi mengkaji mikoriza dan bakteri rizosfer, sedangkan Pusat Teknologi Sumber Daya Lahan, Wilayah, dan Mitigasi Bencana mengkaji media tanamnya yang dipimpin Agus Kristijono.

Dalam artikel, menurut Agus, mikoriza berguna untuk mengikat nitrogen dari atmosfer. Kemudian bakteri rizosfer mengikat fosfat.

”Itu justru terbalik. Mikoriza yang menambat fosfat, sedangkan bakteri rizosfer menambat nitrogen dan menghasilkan fitohormon,” kata Yenni.

Beberapa foto yang digunakan untuk ilustrasi mikoriza dan rizosfer, menurut Yenni, juga hasil dari kajiannya. Kedua jenis mikroorganisme ini paling penting dalam menunjang rekayasa Bitumman.

Yenni menerapkan Bitumman untuk lahan bekas tambang batubara di Kalimantan Timur. Saat ini hasil rekayasa Bitumman sedang ditawarkan untuk industri-industri tambang. ”Bitumman sudah siap diterapkan untuk skala besar,” kata Yenni.

Untuk pengembangan aeroseeding, yakni penebaran Bitumman dengan pesawat terbang, mulai 2013, dilakukan rekayasa penguatan briket sabut kelapa sebagai media tanam. Namun, penempatan mikoriza dan bakteri dalam biofertilizer juga memegang kunci keberhasilan biji tumbuh mandiri tersebut.

(NAW)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com