KALIANDA, KOMPAS.com — Letusan Gunung Anak Krakatau pada Minggu (5/9/2012), yang mengakibatkan hujan abu di sejumlah wilayah di Provinsi Lampung, tergolong tipe vulkanian, yaitu erupsi lava pijar yang disertai lontaran abu vulkanik membumbung tinggi ke angkasa.
Hal ini diungkapkan Edward Gramsch, peneliti gunung berapi dari Georesearch Volkano Jerman, yang ditemui Kompas di Gunung Anak Krakatau, Rabu (5/9/2012).
Edward dan timnya tengah melakukan riset terhadap GAK sejak Minggu (2/9/2012). Sebelumnya, ia juga telah melakukan riset serupa pada Gunung Merapi dan Gunung Papandayan, lalu Gunung Etna di Italia.
"Saya sempat melihat sendiri letusan ini. Tinggi material yang dilontarkan mencapai dua kilometer, serta memuntahkan lava pijar. Letusan ini terjadi enam jam nonstop. Suaranya sangat keras," ujar vulkanolog asal Jerman ini.
Edward dan timnya hingga kemarin malam terus-menerus melakukan pemantauan kondisi Gunung Anak Krakatau.
Dengan tipe letusan itu, ungkapnya, bukan tidak mungkin abu vulkanik bisa terbawa angin hingga ratusan kilometer ke daratan Pulau Sumatera. Letusan tipe vulkanian ini mirip dengan letusan Gunung Etna di Italia.
Sebelumnya, hujan abu vulkanik memang sempat terjadi di sejumlah daerah di Lampung, yaitu Kota Bandar Lampung, Kabupaten Pesawaran, dan Kabupaten Lampung Selatan bagian utara.
Hasil pengamatan Georesearch Volkano Jerman ini bertolak belakang dengan hasil pantauan yang disampaikan resmi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.
PVMBG menyatakan bahwa tipe letusan Gunung Anak Krakatau itu adalah strombolian, yaitu tipe letusan dengan periodik pendek dan umumnya tidak disertai lontaran abu vulkanik ke angkasa. Tipe ini mirip dianalogikan seperti lontaran kembang api.
PVMBG sebelumnya juga merilis ketinggian lontaran material hanya 500 meter.
Namun, diakui Kepala Pos Pemantauan dan Pengamatan Gunung Anak Krakatau di Rajabasa, Andi Suardi, pihaknya sempat kesulitan mengamati Gunung Anak Krakatau. Alat pemantau rusak sejak Minggu sore, sementara pengamatan visual terkendala kabut tebal.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.