Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 03/09/2012, 17:05 WIB

KOMPAS.com- Pada rangkaian kegiatan World Psychiatric Association (WPA) Regional Meeting di Bali 13-15 September yang akan datang, saya berkesempatan untuk mempresentasikan hasil survey saya kepada para mahasiswa kedokteran yang telah mengikuti mata kuliah dan atau kepaniteraan dokter muda psikiatri (ilmu kedokteran jiwa).

Survey ini dilakukan dengan tujuan sebenarnya untuk mengetahui tentang keminatan para mahasiswa kedokteran dan calon dokter ini akan ilmu psikiatri dan apakah ada keminatan untuk menjadi psikiater di Indonesia. Kita ketahui, di Indonesia profesi Psikiater hanya berjumlah di kisaran 600an dengan paling banyak sekitar 1/3 berdomisili di Jakarta. Sebagian besar lainnya juga berdomisili di  kota-kota besar di Indonesia.

Beberapa provinsi seperti Gorontalo tidak memiliki psikiater di daerah mereka. Hal ini ternyata tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi juga secara global di Amerika dan Eropa. Mahasiswa kedokteran dan calon dokter tidak memilih psikiater sebagai profesi yang akan dijalani dengan alasan yang kebanyakan lebih bersifat materi dan keminatan. Psikiater dipandang sebagai profesi yang "kering", berpenghasilan rendah dan sering dikatakan sebagai ilmu kedokteran yang abstrak karena belum ada satupun alat diagnostik yang pasti untuk menentukan suatu gangguan jiwa. Hal-hal inilah yang sering membuat minat mahasiswa kedokteran menjadi psikiater sangat rendah.

Suka ilmunya tapi tak ingin jadi psikiater

Hasil survey terhadap 100 orang mahasiswa kedokteran mengatakan bahwa lebih dari 75% responden mengatakan ilmu psikiatri merupakan ilmu yang menarik dengan Skizofrenia (50%), Depresi (45%) dan Kecemasan (32%) merupakan topik-topik yang paling diminati dan diingat oleh para mahasiswa. Sekitar 63,6% mahasiswa juga mengatakan bahwa mereka menyukai kuliah ilmu psikiatri yang dibawakan dosennya. Ketika ditanyakan apakah menjadi psikiater cukup menarik minat mahasiswa kedokteran, sekitar 57,3% responden  mengatakan tertarik menjadi psikiater.

Pada kenyataannya, ketika ditanyakan jika saat ini diharuskan memilih bidang spesialisasi, maka hanya sekitar 22% yang memilih psikiater sebagai pilihan. Hal yang diungkapkan pada survey ini adalah hal yang berkaitan dengan saran tentang cara pengajaran dan penyampaian materi yang diharapkan mahasiswa. Kebanyakan mahasiswa menginginkan lebih banyaknya kasus-kasus psikiatri yang dibahas dalam pembelajaran serta lebih mengedepankan contoh-contoh kasus dalam pemaparan kuliah. Alat bantu berupa video tentang gangguan jiwa juga lebih menarik minat mahasiswa untuk mempelajari psikiatri.

Mereka berharap bisa bertemu dan mempelajari berbagai macam bentuk gangguan jiwa secara langsung bukan dari teori saja. Survey ini memberikan kepada saya sebagai penelitinya sebuah gambaran tentang persepsi mahasiswa terhadap psikiatri dan bagaimana mengajarkan psikiatri kepada mereka agar lebih bisa diterima dan mampu menimbulkan minat untuk menjadi psikiater. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com