Neil Armstrong, Bulan, dan Mars

Kompas.com - 27/08/2012, 10:58 WIB

Oleh Ninok Leksono

KOMPAS.com - ”Pada saat kami berdukacita karena kehilangan orang yang sangat baik, kami juga merayakan kehidupannya yang luar biasa, dan berharap itu bisa menjadi teladan bagi orang muda di seluruh dunia untuk bekerja keras dan menjadikan impian mereka satu kenyataan, mau menjelajah dan menerima tantangan ('push the limit'), dan membela cita-cita yang lebih besar dari diri mereka tanpa memikirkan diri sendiri.”

Itulah pernyataan yang disampaikan oleh keluarga Neil Armstrong, antariksawan Amerika yang menjadi manusia pertama yang menginjakkan kaki di Bulan dalam program Apollo 11, 20 Juli 1969, seperti dikutip CNN, Minggu (26/8). Armstrong tutup usia, Sabtu, di Cincinnati, Ohio, dalam usia 82 tahun menyusul komplikasi kardiovaskular yang dideritanya setelah menjalani operasi jantung bulan ini.

Armstrong dikenal lewat ucapannya sesaat setelah menginjakkan kaki di Bulan, ”Itu adalah satu langkah kecil bagi (seorang) manusia, tetapi lompatan raksasa bagi kemanusiaan.”

Riwayat Armstrong tak bisa dipisahkan dari proyek Apollo yang dicanangkan oleh Presiden John F Kennedy pada 1961. Inilah proyek untuk mendaratkan warga Amerika di Bulan sebelum berakhirnya dekade 1960-an. Setelah itu AS—dengan didukung ahli peroketan termasyhur, Wernher von Braun—membuat roket raksasa Saturnus V untuk meluncurkan wahana antariksa Apollo yang membawa tiga astronot. Roket setinggi 111 meter, setara dengan gedung bertingkat 36, itu sanggup membangkitkan 4 juta kilogram daya dorong dan mengangkut 150 ton muatan ke orbit Bulan (Space Age, William Walter, 1992).

Ketika mencapai orbit Bulan, dua astronot akan turun mendarat di Bulan dengan modul Bulan, mengambil contoh batu dan tanah Bulan, serta melakukan eksperimen yang datanya dikirim kembali ke Bumi.

Misi Apollo 11 yang membawa Armstrong sudah didahului dengan empat misi pendahuluan. Setelah Armstrong juga masih ada lima misi yang mendarat di Bulan sebelum proyek berakhir tahun 1972. Harusnya ada enam, tetapi Apollo ke-13 gagal mencapai tujuan.

Misi Armstrong diluncurkan tanggal 16 Juli 1969 dan empat hari kemudian mendarat di Laut Ketenangan di permukaan Bulan. Setelah mendarat Armstrong berkata, ”Pangkalan Ketenangan di sini. Rajawali telah mendarat” (Oxford Dictionary of Space Exploration).

Enggan publisitas

Pada tahun-tahun setelah keberhasilan misi Apollo 11, Armstrong berulang-ulang ditanya, apa yang ia rasakan sebagai manusia pertama yang menginjakkan kaki di Bulan, ia selalu menjawabnya dengan santun bahwa itu merupakan keberhasilan banyak orang.

”Saya sadar sepenuhnya bahwa itu merupakan puncak karya 300.000 sampai 400.000 orang selama satu dasawarsa.”

Itulah Armstrong yang amat rendah hati. Armstrong mengaku dirinya hanyalah insinyur yang kurang gaul. Namun, dengan segala kerendahan hatinya, ia adalah pahlawan yang ikut dalam 78 misi tempur sebagai pilot pesawat tempur Angkatan Laut AS selama Perang Korea. Ia juga membukukan lebih dari 1.000 jam terbang sebagai pilot penguji dalam sejumlah pesawat paling cepat—juga paling berbahaya—di dunia.

Penulis biografinya, James R Hansen menyebut Armstrong sebagai ”salah satu sosok yang paling dikenal, tetapi paling sedikit dimengerti di planet ini” (LA Times, 26/8).

Neil Alden Armstrong lahir di ladang pertanian kakeknya dekat Wapakoneta, Ohio, 5 Agustus 1930, dari keluarga bahagia dan konvensional. Ayahnya, Stephen Armstrong, adalah pegawai negeri yang bekerja di Ohio dan kemudian menjadi Asisten Direktur di Departemen Kesehatan dan Perbaikan Jiwa Ohio. Sementara ibunya, Viola, bersama keluarganya adalah pemilik ladang pertanian.

Armstrong sudah tertarik pada dunia penerbangan sejak usia dini dan ia mendapatkan lisensi terbang saat berusia 16 tahun. Berikutnya, ia juga belajar teknik aeronautika dan mendapatkan gelar di Universitas Purdue dan Universitas California Selatan. Ia pernah berdinas di Angkatan Laut AS dan ambil bagian dalam Perang Korea.

Armstrong sepanjang karier astronotnya terbang dua kali ke ruang angkasa. Yang pertama adalah pada tahun 1966 sebagai Komandan Misi Gemini 8, yang nyaris berakhir dengan bencana. Untunglah dia tetap tenang dan membawa wahana antariksa itu kembali ke Bumi setelah sebuah roket pendorong gagal bekerja dan wahana yang ia tumpangi berpusing tak terkendali.

Pascamisi bersejarah ke Bulan, Armstrong bekerja di NASA dengan tugas mengoordinasikan dan mengelola pekerjaan riset dan teknologi Badan Ruang Angkasa AS ini. Tahun 1971, ia mundur dari NASA dan mengajar ilmu teknik di Universitas Cincinnati selama hampir 10 tahun.

Armstrong yang pijakan kakinya disaksikan oleh sekitar 600 juta orang melalui tayangan langsung televisi hitam putih yang berbintik-bintik itu kini telah berpulang. Dalam pernyataannya, Presiden Barack Obama mengatakan, ketika Armstrong menginjakkan kaki di Bulan, ”Ia telah memberikan satu momen prestasi umat manusia yang tak akan dilupakan.”

Misi Armstrong bersama kedua rekan awaknya—Edwin Aldrin dan Michael Collins—lepas landas di Tanjung Canaveral, mereka membawa aspirasi seluruh bangsa. Menurut Obama, mereka berangkat untuk memperlihatkan kepada dunia semangat AS bisa melihat apa yang tampaknya tak terbayangkan.

Riwayat Neil Armstrong, sejauh ada buku sejarah—seperti dikatakan Administratur NASA Charles Bolden—pasti akan ditemukan di sana karena perjalanan Apollo 11 sejauh 400.000 km tak akan pernah terlupakan.

Kini, anak-anak muda yang terinspirasi oleh heroisme Armstrong banyak yang menunggu kesempatan membuat sejarah baru. Memang tidak ada pencanangan program ruang angkasa baru hingga Proyek seperti Apollo yang disebut menghabiskan dana lebih dari 24 miliar dollar AS—sekitar Rp 228 triliun (Webster’s New World Encyclopedia) tak akan berulang lagi.

Namun, AS giat menjelajahi planet Mars, seperti diperlihatkan dalam pendaratan penjelajah Curiosity dua pekan silam, sehingga diharapkan manakala dana telah cukup tersedia, ikhtiar manusia mencari lebensraum baru—mengingat Bumi yang semakin merosot tingkat kelayakan huninya—bisa dimulai lagi.

Keanggunan kepahlawanan Neil Armstrong kiranya akan terus menjadi obor bagi generasi umat manusia yang ditakdirkan menjadi pengelana angkasa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


    Video Pilihan Video Lainnya >

    komentar di artikel lainnya
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
    atau