Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ujung Antartika Berpotensi Pecah

Kompas.com - 24/08/2012, 16:53 WIB

OSLO, KOMPAS.com - Semenanjung Antartika akan mencair beberapa puluh tahun lagi jika pemanasan global terus berlangsung seperti sekarang. Ujung Antartika yang mengarah ke wilayah Amerika Selatan menjadi target penelitian ahli iklim karena memanas lebih cepat dari bagian lain di dunia.

”Jika pemanasan berlanjut, lapisan es di selatan ujung semenanjung yang stabil sejak zaman es akan mencair beberapa puluh tahun lagi,” kata Robert Mulvaney, peneliti dari British Antarctic Survey (BAS), Rabu (22/8/2012) di Oslo, Norwegia.

Penelitian dengan mengebor 364 meter lapisan es di Pulau James Ross di Semenanjung Antartika. Potongan es itu diteliti empat tahun di beberapa laboratorium di Eropa. Itu untuk mencari penanda pergeseran iklim dalam 15.000 tahun.

Naik dua derajat

Berdasarkan penelitian, setelah mendingin beberapa abad, suhu di wilayah Antartika naik perlahan sejak sekitar 600 tahun lalu. Namun, dalam 50 tahun terakhir terjadi kenaikan drastis, yaitu 2 derajat celsius.

Kenaikan sebelumnya terjadi bertahap, 0,2 derajat celsius dalam 100 tahun. Pemanasan berlangsung secara eksponensial. Kenaikan tajam terjadi pada 100 tahun terakhir, mencapai 1,5 derajat celsius. Hasil penelitian dimuat pada jurnal ilmiah The Nature.

Catatan kenaikan temperatur tersebut ”konsisten dengan pendapat, pemanasan yang lebih cepat akibat aktivitas manusia dibandingkan pemanasan yang berlangsung lambat sebelumnya”.

Lapisan es di Antartika menempel pada garis pantai Antartika. Beberapa tahun terakhir lapisan es berukuran besar telah terpisah dari garis pantai. Hal itu, menurut para ahli, disebabkan aliran arus naik yang hangat dari Laut Selatan.

Saat lapisan es di kutub selatan dilaporkan meleleh, ternyata kutub es di utara seakan tak terpengaruh. Bahkan bertambah besar massanya.

Sementara di Pegunungan Himalaya yang juga rentan, penelitian menggunakan gelombang laser dan satelit NASA sejak 2003 mendapati hasil, lapisan es bagian selatan—termasuk Nepal dan Butan—menipis. Di utara daerah Karakoram, menurut peneliti dari University of Oslo, Andreas Kaab, tak berubah. Bahkan ada indikasi menebal. (AFP/ISW)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com