Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 14/08/2012, 15:17 WIB
Anmaria Redi Pinta Dasyanti,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

NAIROBI, KOMPAS.com — Temuan fosil tengkorak baru mengonfirmasi adanya spesies Homo rudolfensis sekaligus menunjukkan bahwa nenek moyang manusia ternyata beragam.

Fosil ditemukan di gurun Koobi Fora, wilayah utara Kenya. Fosil kunci yang menunjukkan eksistensi H rudolfensis ialah fosil rahang bawah fosil wajah anakan manusia purba itu.

"Fosil ini memiliki wajah yang datar, Anda bisa membuat garis lurus dari bagian matanya ke gigi seri fosil itu," kata Fred Spoor dari Max Planck Institute of Evolutionary Anthropology di Leipzig, Jerman, yang terlibat riset, seperti dikutip Livescience, Rabu (8/8/2012) lalu.

"Fosil ini punya ciri yang berbeda, benar-benar menunjukkan sesuatu yang baru. Saya yakin kita tidak hanya melihat variasi dalam satu spesies," tambah Meave Leakey, palaentolog Turkana Basin Institute di Nairobi.

H rudolfensis pertama kali dideskripsikan berdasarkan fosil tengkorak yang ditemukan pada tahun 1972 di Kenya, disebut KNM-ER 1470.

Saat itu, telah dikenal spesies H habilis dan H sapiens yang juga nenek moyang manusia. H rudolfensis dianggap berbeda karena memiliki ukuran lebih besar dari H habilis.

Sayang, bagian yang ditemukan bukan wajah dan rahang. Dengan demikian, palaentolog masih sulit menyatakan bahwa fosil itu memang H rudolfensis.

Temuan fosil kali ini membuat ilmuwan lebih yakin bahwa H rudolfensis memang eksis, hidup bersama H habilis dan H sapiens.

Meski demikian, keyakinan tak 100 persen. Fosil rahang bawah dengan kode KNM-ER 1802 memiliki bagian atas mulut yang lebih melingkar, ciri yang tak dimiliki H rudolfensis.

Ilmuwan memprediksi, fosil ini merupakan milik spesies H habilis. Namun, hingga fosil H habilis ditemukan, ilmuwan juga belum bisa meyakini. Bisa jadi, fosil itu juga merupakan milik spesies lain.

Seperti diberitakan Nature, Rabu minggu lalu, penemuan ini menunjukkan bahwa nenek moyang manusia beragam, hidup berdampingan pada 1,7 hingga 2 juta tahun lalu.

Selama ini, dipahami bahwa evolusi manusia berlangsung layaknya satu garis lurus, satu spesies moyang punah digantikan satu spesies baru lainnya. Lewat riset ini terungkap bahwa mungkin saja lebih dari satu spesies moyang hidup pada masa yang sama dan saling berkompetisi. Yang menang, dialah yang eksis dan mampu bertahan.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com