Sorgum untuk Pemulihan Bekas Tambang

Jakarta, Kompas - Jenis tanaman yang berpotensi sebagai sumber bahan bakar nabati, sorgum (Sorghum bicolor L moench), diusulkan untuk pemulihan bekas tambang. Saat ini hasil berbagai kegiatan riset sorgum sudah ada, tetapi implementasinya sangat rendah.

”Lahan bekas tambang memiliki derajat keasaman (pH) di atas 5. Sorgum akan tumbuh baik dengan pH 6-9,” kata Kepala Pusat Inovasi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Bambang Subiyanto, Senin (13/8), di Jakarta.

Bambang mengatakan, salah satu negara maju menawarkan kerja sama produksi bahan bakar nabati dengan sorgum. Bahan bakunya batang sorgum yang memiliki kandungan gula tinggi.

Diperkirakan, setiap hektar per tahun dapat diproduksi 18.000 liter bahan bakar nabati (bioetanol) dari batang sorgum. Hasil samping berupa daun untuk pakan ternak dapat diproduksi 50 ton per hektar per tahun. ”Sorgum untuk bioetanol hanya dipanen batangnya,” kata Bambang.

Sorgum juga menghasilkan biji yang bisa digunakan untuk bahan pangan. Namun, ada risiko penurunan kadar gula pada batang jika dipanen sampai berbiji.

Penanaman sorgum tergolong ekonomis karena dilakukan satu kali untuk tiga kali panen. Perekayasa Balai Besar Teknologi Pati pada Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Agus Eko Cahyono, mengatakan, di Lampung masih dikembangkan pembibitan sorgum seluas 1 hektar.

”Sebelumnya, lahan pembibitan sorgum mencapai 5 hektar,” kata Agus.

Pendistribusian bibit sorgum, menurut Agus, saat ini masih terbatas pada petani di Lampung dan sekitarnya. Pendistribusian ke Jawa sudah pernah dilakukan, tetapi tidak dalam jumlah yang banyak. ”Potensi sorgum belum banyak dikembangkan,” ungkap Agus.

Menurut Bambang, batang sorgum bisa tumbuh hingga 7 meter. Penanamannya di lahan bekas tambang yang mengandung bahan-bahan berbahaya, seperti logam berat, disarankan untuk produksi bahan bakar nabati. (NAW)