Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Paus Sempat Dinaiki 20 Orang

Kompas.com - 30/07/2012, 12:16 WIB
Lasti Kurnia

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Paus sperm whale yang terdampar di Beting Ujung, Muara Gembong, Kabupaten Bekasi, mengundang rasa penasaran warga sekitar sejak Minggu kemarin. Hingga Senin (30/7/2012) siang ini, sejumlah warga datang ke lokasi menggunakan sampan dan perahu untuk menonton.

Kasan, salah seorang warga Kampung Beting, menuturkan, sejak Minggu kemarin, dia sudah dua kali menonton ke lokasi. Kabar itu dia peroleh dari rekannya, seorang pemilik empang di Beting Ujung yang mengontaknya pada hari Minggu pukul 06.00.

"Nelayan yang menemukan hari Minggu, sekitar pukul 03.00 WIB. Katanya ada ikan besar, tadinya dikira kayu ngapung, tapi kok besar sekali. Saya langsung ketemu di laut, kondisnya sudah mati ya. Mulutnya seperti keluar darah. Tapi belum ada bau bangkai seperti sekarang ini," kata Kasan yang pagi ini juga menonton dengan naik sampan ke lokasi penemuan.

Saat ditanya apakah ada wacana warga akan memotong-motong paus tersebut, Kasan mengatakan bahwa itu hanyalah isu karena warga lebih tertarik melihatnya sebagai tontonan.

"Ditonton saja. Warga sini baru lihat ikan paling gede juga cuma satu kuintal. Ini sekarang ada ikan gede banget. Ah, ngeri kalau mau dipotong yah. Lagian sudah bau, sudah tidak segar, belum tentu juga dagingnya enak," kata Kasan.

Menurut pandangan mata relawan Jakarta Animal Aid Network dan Tagana yang sudah berada di lokasi, belum terlalu banyak warga yang datang. Pasalnya, posisi paus berada di tempat yang sulit dijangkau. Tidak ada pantai dan harus naik perahu ke arah pinggir kawasan bakau. Meski demikian, gelombang warga yang menonton bisa saja meningkat.

"Kemarin yang pada nonton ada 20 orang, naik di punggung ikan ini. Ramai-ramai naiknya, terus foto-foto di atasnya," kata Kasan yang mengaku ikut naik karena tidak paham bahwa hal tersebut seharusnya tidak dilakukan.

Tiga orang relawan dari Jakarta Animal Aid Network dan Tagana yang sudah berada di lokasi saat ini mencoba menjaga bangkai paus dari kehadiran warga yang menonton. "Saya pernah membaca di suatu buku panduan bahwa paus yang mati, atau telah membusuk, berbahaya untuk dipegang dengan tangan. Harus gunakan sarung tangan karena dikhawatirkan dapat membawa bibit penyakit," kata Gabby, salah satu dari dua relawan Jakarta Animal Aid Network yang berada di lokasi.

Saat ini diperlukan tenaga marine biologist atau seorang ahli mamalia laut yang dapat membantu untuk menangani bangkai paus di lokasi. Pada peristiwa sebelumnya, tidak ada marine biologist yang ikut terlibat dalam upaya pengembaliannya ke laut di Karawang.

Keputusan penanganan bangkai paus—apakah hendak ditarik ke laut kembali, dibiarkan di lokasi, dibawa untuk diteliti, atau dikuburkan—juga harus diberikan segera oleh pemerintah terkait.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com