Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 25/07/2012, 19:16 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua Perhimpunan Osteoporosis Indonesia (PEROSI) dr. Siti Anissa Nuhonni, SpKFR, mengungkapkan, sebanyak 23 persen perempuan Indonesia sudah mengalami osteoporosis ketika memasuki usia 50 tahun. Jumlah tersebut naik menjadi 53 persen ketika perempuan memasuki usia 70 tahun.

"Itu data terkini yang kita (PEROSI) kumpulkan dari sejumlah rumah sakit yang ada di seluruh Indonesia," katanya, saat acara media talkshow di Jakarta, Selasa, (24/7/2012), di Jakarta.  

Dalam pengamatannya, PEROSI berhasil menjaring sebanyak 1.800 relawan sehat (pria dan perempuan). Kemudian, masing-masing partisipan diperiksa densitometrinya - untuk mengetahui tingkat kepadatan masa tulang. Hasilnya diketahui bahwa sebanyak 23 persen perempuan sudah mengalami osteoporosis ketika berusia 50 tahun. Sedangkan untuk pria, nilainya seperempat dari itu.

"Penyakit osteoporosis ini sangat berbahaya karena merupakan silent disease yang tidak memiliki gejala sampai penderita osteoporosis mengalami patah tulang," katanya.

Nuhonni menerangkan, tulang adalah organ tubuh yang paling dinamis karena bisa merombak dan membangun kembali dengan sendirinya, mirip seperti pertumbuhan pada kuku jari. Proses perombakan dan pembangunan ini harus seimbang, sehingga masa tulang menjadi stabil dan selalu dalam kondisi padat.

Ia manambahkan, berbagai penyakit yang terjadi pada orang berusia lanjut umumnya berangkat dari buruknya pemenuhan masalah gizi ketika masih anak-anak. Kalau dari kecil seseorang tidak memperhatikan untuk hidup sehat, maka hasilnya akan dipanen pada usia lanjut, termasuk masalah osteoporosis.

"Kalau kita tidak mengonsumsi kalsium pada usia muda, akibatnya tulang kita kandungan kalsiumnya lebih sedikit, sehingga lebih keropos," ujarnya.

Nuhonni mengungkapkan, puncak kepadatan masa tulang orang Indonesia berkisar antara 30-34 tahun. Sesudah itu, kepadatan tulang akan menurun atau berkurang.

Sewaktu usia muda, penghancuran dan pembentukan tulang umumnya masih seimbang, sehingga tidak menimbulkan gejala apa-apa. Tetapi pada usia tua, secara fisiologis tulang yang hancur akan lebih banyak ketimbang yang dibangun sehingga tulang lebih mudah keropos dan hancur.  

"Namun satu hal yang perlu dipahami untuk osteoporsis tidak ada kata terlambat," katanya.

Nuhonni mengatakan, untuk pencegahan osteoporosis sebaiknya dilakukan pada usia muda maupun masa reproduksi. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan seperti memenuhi asupan kalsium, mendapat paparan sinar matahari selama 30 menit (pagi sebelum jam 09.00 WIB, sore sesudah jam 16.00 WIB), aktivitas yang cukup dengan melakukan senam beban dan menerapkan gaya hidup sehat (hindari rokok, alkohol).

Berdasarkan penyebabnya, osteoporosis dibagi menjadi dua yaitu osteoporosis primer dan osteoporosis sekunder. Osteoporosis primer berkaitan dengan kekurangan hormon (khususnya pada wanita) dan kenaikan usia serta penuaan. Sedangkan osteoporosis sekunder disebabkan oleh berbagai keadaan klinis tertentu atau penyakit lain.

Data penelitian Departemen Kesehatan, tahun 2006 menunjukkan bahwa 1 dari 5 orang Indonesia rentan terkena penyakit osteoporosis.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com