Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hemat 1,1 Juta Barrel

Kompas.com - 20/07/2012, 02:45 WIB

Kebijakan pemerintah menaikkan harga listrik yang dihasilkan pembangkit listrik panas bumi sebenarnya sangat terlambat. Tidak harus menunggu sampai harga bahan bakar minyak melonjak seperti sekarang. Pada saat dana subsidi BBM untuk pembangkit listrik sangat menyita

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Maka, pemerintah baru saja menaikkan harga listrik dari pembangkit panas bumi dari 9,7 sen dollar AS per kilowatt hour (kWh) menjadi 10-17 sen dollar AS per kWh. Sekalipun terlambat, kebijakan ini diyakini bakal menggairahkan investasi pada pengembangan pembangkit listrik panas bumi.

Pemerintah terlambat karena sejak lama negeri ini diketahui memiliki 40 persen dari cadangan potensi panas bumi dunia karena berada di jalur cincin api. Diketahui, panas bumi merupakan energi baru terbarukan. Akan tetapi, sejauh ini baru 5 persen dari potensi ini dimanfaatkan.

Pengembangan panas bumi mati angin karena tidak ada insentif, terutama harga jual listrik pembangkit panas bumi yang tidak pernah dinaikkan. Pemerintah ingin gampang dengan mengandalkan energi fosil. Ini terlihat dari total penyediaan energi nasional sebanyak 1.177 juta setara barrel minyak, dengan sekitar 95 persennya dipasok dari pembangkit berbahan bakar minyak (BBM) dan batubara.

Padahal, hitung-hitungan yang ada, harga jual listrik dari pembangkit dengan BBM sebesar 26 sen dollar AS per kWh. Harga ini tetap jauh lebih mahal dibandingkan dengan harga listrik dari pembangkit energi panas bumi yang sudah dinaikkan menjadi 10-17 sen dollar AS per kWh.

Konsumsi energi nasional tumbuh 6 persen per tahun. Di sisi lain, produki minyak mentah dan batubara semakin merosot. Cadangannya semakin menipis. Anggaran untuk subsidi BBM bagi pembangkit listrik juga semakin memberatkan. Tak bisa ditawar lagi, pengembangan pembangkit listrik panas bumi harus diutamakan. Tak ada lagi langkah mundur.

Energi panas bumi di Indonesia mempunyai potensi menghasilkan listrik 29.038 MW. Kalau dihitung dalam minyak mentah, itu setara dengan 1,1 juta barrel minyak per hari. Jadi, saatnya untuk mulai mengambil langkah agar bisa menghemat 1,1 juta barrel minyak per hari.

Menggembirakan, pemerintah bertekad pada tahun 2025, pangsa energi baru terbarukan ditargetkan mencapai sedikitnya 25 persen. Porsi ini mencapai 40 persen pada tahun 2050. Sebenarnya, mengingat potensi penghematan anggaran yang besar dari energi panas bumi, target ini sebaiknya lebih dipercepat. Hematnya sudah sangat kasatmata. (ppg)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com