Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Secara Genetik, Manusia Indonesia Berbeda-beda

Kompas.com - 19/07/2012, 03:26 WIB

Jakarta, Kompas - Manusia Indonesia tidak hanya berbeda-beda budaya, tetapi secara genetik beragam pula. Untuk membangun Indonesia yang multikultural, keragaman tersebut menjadi titik tolak.

Ketua Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) yang juga Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Sangkot Marzuki dalam seminar ”Transformasi Mozaik Etnisitas Menjadi Manusia Indonesia Multikultural”, Rabu (18/7), menyatakan, penelitian genom manusia membuka era baru biologi molekuler, termasuk pemanfaatan dalam mencari asal-usul suatu bangsa.

Di Asia, misalnya, asal-usul bangsa dan migrasi manusia diungkap penelitian yang dilakukan Pan-Asian Single Nucleotide Polymorphisms Consortium yang dinaungi Human Genome Organisation. Sebanyak 90 peneliti, termasuk dari Indonesia, terlibat dalam studi lebih luas, mencakup 73 populasi di Asia Tenggara dan Timur.

Sangkot mencontohkan, dengan melihat kemiripan gen, manusia Indonesia secara sederhana dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok populasi (pohon filogenetik). Kelompok pertama merupakan manusia Batak, Jawa, Tengger, Bali, Dayak, Minang, dan Melayu (Riau). Kelompok kedua, Sasak, Makassar, Bugis, Sumba Timur, Kaili, Minahasa, dan Sumbawa. Kelompok ketiga, manusia Alor dan Papua. Dari ketiga kelompok, manusia Alor dan Papua sangat berbeda secara genetik dibandingkan dengan dua kelompok lain.

Hal ini sejalan dengan penelitian antropologi sebelumnya. Manusia modern dengan ciri Austroloid, nenek moyang Aborigin Australia dan Papua, lebih dulu menempati kepulauan Indonesia, yakni 50.000-60.000 tahun lalu, disusul kedatangan para migran penutur Austronesia, 5.000-2.000 tahun lalu.

Perbedaan makin nyata dalam unsur budaya sekitar 500 etnis di Indonesia. Dalam seminar, pembicara yang terdiri atas sejumlah pakar membahas deskripsi dan nilai-nilai dari 11 etnis sebagai upaya mendalami keragaman.

Yang tak kalah penting, tak ada identitas murni. Suatu populasi bisa memiliki perpaduan kode genetik. ”Populasi penutur Austronesia, misalnya, ada yang memiliki perpaduan gen penutur Austronesia dan non-Austronesia,” ujarnya. Persinggungan dengan pedagang China, India, dan Arab menambah keragaman gen.

Ketua Komisi Kebudayaan AIPI Toeti Heraty Noerhadi mengatakan, mewujudkan Indonesia multikultural harus bertolak dari Indonesia dengan berbagai suku bangsa. (INE)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com