Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Awal Puasa, Warga NU Diminta Tunggu Rukyatul Hilal

Kompas.com - 17/07/2012, 16:34 WIB
Kontributor Surabaya, Achmad Faizal

Penulis

SURABAYA, KOMPAS.com - Warga Nahdlatul Ulama (NU) di Jawa Timur diimbau untuk tidak resah menyikapi perbedaan permulaan puasa Ramadhan tahun ini. Mereka diimbau untuk tetap tenang dan menunggu hasil tim Rukyatul Hilal dalam menentukan awal puasa.

Menurut Ketua Pengurus Wilayah NU Jatim, KH Mutawakkil Alallah, tim rukyatul hilal NU baru akan melakukan pengamatan pada Kamis (19/7/2012) lusa, di 70 tempat se-Indonesia. ''Saat itu bertepatan dengan tanggal 29 Syaban dan posisi hilal kurang dari 2 derajat di atas ufuk,'' katanya, Selasa (17/7/2012).

Dari 21 ormas dan lembaga yang biasanya mengikuti sidang isbat dengan Kementerian Agama, ada 16 ormas dan lembaga yang memprediksi awal puasa jatuh tanggal 21 Juli. Sisanya sudah mengumumkan bahwa awal puasa jatuh tanggal 20 Juli. ''Warga NU juga saya minta menghormati masyarakat yang meyakini awal puasa pada 20 Juli. Mereka punya hak untuk itu, karena sudah melakukan ijtihad,'' jelasnya.

Almanak PBNU yang diterbitkan Lajnah Falakiyah memprediksi, 1 Ramadhan 1433 H jatuh pada Sabtu 21 Juli 2012. Prediksi ini diperoleh berdasarkan ilmu hisab yang paling modern. Sementara posisi hilal saat dilakukan rukyatul hilal pada Kamis (19/7/2012) atau 29 Syaban 1433 H baru berada pada ketinggian 1 derajat 38 menit di atas ufuk, sehingga hilal dinyatakan belum visibel.

Sebelumnya, pimpinan Pusat Muhammadiyah (PP Muhammadiyah) telah menetapkan bahwa awal Ramadhan 1433 Hijriyah jatuh pada Jumat, 20 Juli 2012. Keputusan itu merupakan hasil perhitungan adanya hilal (hisab wujudul hilal) oleh Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah.

Keputusan itu telah disebarkan ke semua anggota organisasi keagamaan ini sejak pertengahan Juni, bersamaan dengan penutupan Rapat Tanwir Muhammadiyah di Bandung, Jawa Barat. Muhammadiyah berencana tidak mengikuti sidang isbat (penetapan) awal Ramadhan yang biasa digelar Kementerian Agama. Hal itu demi mengurangi ketegangan dan untuk kebaikan bersama.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com