Jakarta, Kompas -
”Strategi adaptasi itu melihat dampak yang ditimbulkan. Wilayah-wilayah yang akan tergenang akibat kenaikan muka laut itu harus diperhitungkan,” kata Direktur International Center for Interdisciplinary Advanced Research (ICIAR) pada Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
Jan Sopaheluwakan, Kamis (12/7), pada lokakarya
Lokakarya diselenggarakan ICIAR-LIPI bekerja sama dengan Institute for Environment and Human Security United Nations University. Akilesh Surjan dari Universitas Kyoto, Jepang, memaparkan persoalan risiko wilayah urban atau kota di Asia Tenggara terhadap dampak kenaikan muka laut.
Narasumber lain, Stefan Greiving dari Universitas Teknik Dortmund, Jerman, memaparkan manajemen dan strategi menghadapi risiko yang harus dihadapi kota pantai. Antisipasi cepat dengan tindakan nyata harus dilakukan.
Menurut Jan, strategi adaptasi diperlukan khususnya di daerah yang sudah diprediksikan akan tenggelam atau di daerah yang mulai terkena rob (genangan air laut pasang).
Daerah seperti itu, di antaranya, dapat ditenggelamkan sebagai area konservasi air. Jan mencontohkan, wilayah di Jakarta, antara lain Pluit, memiliki kerentanan terhadap dampak kenaikan muka laut.
Sebagai strategi adaptasi, wilayah tersebut sebaiknya dijadikan kawasan konservasi air. Relokasi juga dibutuhkan.
”Kepemimpinan pemerintah daerah dibutuhkan untuk menempuh langkah-langkah adaptasi kota-kota pantai,” katanya.
Saat ini, masyarakat pesisir