Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Venus, Keelokan dan Kefanaan Kosmik

Kompas.com - 06/06/2012, 03:42 WIB

Masa depan keelokan Venus

Kini Venus—karena keindahannya (lebih tepat karena kecemerlangannya sebab saat paling terang magnitudonya mencapai minus 4,7 sehingga jauh lebih terang dibandingkan dengan planet-planet lain)—dipandang sebagai Sang Dewi. Simbolnya pun mencerminkan karakter wanita, berbeda dengan Mars yang disimbolkan sebagai Dewa Peperangan dengan simbol kejantanan.

Namun, Venus, Bumi, dan anggota tata surya lain—yang dipersepsikan sebagai ”Lautan Keabadian”—ternyata juga ada umurnya. Umur ini ditentukan oleh umur Matahari yang sebagai sebuah bintang memiliki takdir kehidupan. Kini, Matahari—dengan demikian juga planet-planet sebagai anggota tata surya—bisa disebut berumur setengah baya.

Jika selama ini Matahari yang muda amat menopang kehidupan, setelah memasuki umur setengah baya, satu hari nanti Matahari akan berubah memusuhi kehidupan.

Tanda-tanda awal ke arah itu diperkirakan sudah akan mulai terjadi sekitar satu miliar tahun lagi.

Pada saat itu Bumi sudah tidak layak lagi jadi habitat. Tanaman dan hewan sudah tak bisa lagi hidup dalam udara yang sangat panas. Laut akan menguap dan Bumi akan berubah seperti Planet Venus yang elok itu.

Ke mana Venus sendiri? Kalau Planet Merkurius yang paling dekat dengan Matahari sudah ditelan bulat-bulat, paling sedikit Venus sudah digoreng dan Bumi sudah dipanggang. Ada kemungkinan Bumi juga sudah menguap.

Mars yang kini tampak kering kerontang boleh jadi akan mengalami kebangkitan kedua. Es yang terjebak di bawah permukaan karena cuaca dingin boleh jadi akan mencair dan akan menyediakan lahan bagi kehidupan. Bisa jadi, seperti dikisahkan oleh Dr Chris McKay dari NASA Ames Research Center, Mars layak ditinggali meski mungkin hanya 0,5 miliar tahun, berbeda dengan Bumi yang beberapa miliar tahun (dari The Planets, BBC, 2004).

Pada akhirnya, Matahari akan mencapai tahapan kehancuran yang tak ada satu pihak pun bisa mencegahnya dan tidak ada lagi harapan hidup bagi kehidupan di tata surya. Semua ini telah dilihat oleh astronom Vatikan, Angelo Secchi. Melalui teleskop, pada 1868 ia mengamati kematian bintang Gamma Canis Veniticchi yang berjarak 400 tahun cahaya dari Bumi. Beberapa dekade kemudian, muncul astronom Sir Fred Hoyle yang meramalkan masa depan Matahari bahwa eksistensi bintang raksasa merah adalah pertanda akhir sebuah bintang.

Kalau peradaban manusia ingin selamat, jelas manusia harus melakukan migrasi sebelum Bumi meleleh, ujar Dr Carolyn Porco dari Lunar and Planetary Laboratory, Arizona.

”Tata surya akan padam dan berakhir selamanya. Yang ada saat itu adalah malam sepanjang waktu,” ujar Prof Douglas Gough dari Institut Astronomi, Universitas Cambridge, dalam video BBC di atas.

Transit Venus yang diamati hari ini adalah satu babakan dalam riwayat tata surya saat ia masih berjaya di usia paruh baya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com