”Pemerintah sanggup. Kalau tidak, ada swasta. Malu-maluin kalau tak mampu,” kata Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan pada jumpa pers pencanangan Tahun Badak Internasional 2012 di Jakarta, Senin (4/6).
Di Indonesia masih banyak yang siap membantu, di antaranya dari sektor perkebunan dan pertambangan. Namun, dana yang ada dinilai masih cukup.
Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Darori mengatakan, anggaran untuk konservasi di Kementerian Kehutanan (Kemenhut) dialokasikan Rp 300 miliar dari total anggaran Rp 1,6 triliun. ”Ada juga dari swasta,” katanya.
Meski dibantu pihak swasta, lanjutnya, Kemenhut menjamin tetap indepeden menindak perusahaan ”nakal”.
Tahun 2012 dicanangkan sebagai Tahun Badak Internasional. Indonesia menjadi tuan rumah pencanangannya karena masih punya dua jenis badak, yakni badak jawa dan badak sumatera yang sangat terancam. Selain itu, ada juga kisah sukses kelahiran badak sumatera di penangkaran.
Kegiatan itu akan digelar di Istana Negara, Selasa (5/6), bertepatan dengan Hari Lingkungan Hidup. Tahun Badak Internasional dicanangkan atas inisiasi International Union for Conservation Nature yang didukung negara-negara pemilik badak, yaitu Mozambik, Kenya, Afrika Selatan, Zimbabwe, Botswana, Namibia, Butan, Nepal, India, dan Malaysia.
Kini, di dunia ada lima jenis badak, yaitu badak sumatera dan jawa di Indonesia; badak india yang tersebar di Nepal, India, dan Butan; badak putih di Botswana, Pantai Gading, Republik Demokratik Kongo, Kenya, Namibia, Afrika Selatan, Swasi, Zambia, dan Zimbabwe; serta badak hitam di Kamerun, Kenya, Afrika Selatan, Tanzania, Namibia, Etiopia, Rwanda, Swasi, Zimbabwe, dan Botswana.
Di Taman Nasional Ujung Kulon, Jabar, 35 badak jawa terekam kamera jebakan. Jenis itu punah di Vietnam tahun 2011.