Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bumi "Panas-Dingin" Sepanjang Zaman

Kompas.com - 16/05/2012, 03:16 WIB

Sesuai dengan terjadinya siklus zaman es-zaman interglasial, kutub yang suatu ketika ditutup es amat luas, pada waktu yang berbeda bisa jadi menjadi daerah yang lebih hangat.

Zaman es yang intens mulai terekam sekitar 650.000 tahun lalu. Sejak masa itu hingga sekarang, ada yang menyebutkan telah terjadi 10-12 kali zaman es. Namun, menurut Di Nezio, setidaknya terjadi tujuh kali zaman es.

Zaman es yang mencapai puncaknya pada 21.000 tahun lalu. Zaman es di tahun itu disebut sebagai last glacial maximum. Sebab setelah itu, tutupan es menjadi semakin sedikit dan terus menurun. Zaman interglasial terkuat terjadi sekitar 100.000 tahun lalu. ”Sampai akhirnya zaman es berakhir pada 12.000 tahun lalu,” kata Di Nezio. Sejak itu, iklim Bumi relatif lebih stabil. Zaman itu ditandai dengan munculnya peradaban manusia.

Siklus Milankovitch

Mendinginnya kutub Bumi dipengaruhi banyaknya sinar matahari ke kutub. Ahli matematika dari Serbia, Milutin Milankovitch menjelaskan bagaimana siklus orbital dari Bumi menyebabkan kutub menjauh dan mendekat pada Matahari secara siklik.

Bumi yang berbentuk oblate spheroid—sumbu vertikal dari Bumi yang berbentuk lonjong lebih pendek dari sumbu horizontal—berotasi dengan sumbu yang terus ”bergoyang” (wobble, bergoyang seperti gasing yang kehilangan daya putar). Kemiringan sumbu vertikal Bumi yang menyebabkan kutub Bumi menjauh atau mendekat pada Bumi. Posisi inilah yang menyebabkan periode dingin atau periode panas di satu kutub lebih panjang atau lebih pendek. Dengan kata lain, radiasi matahari pada suatu lokasi terus berubah dari waktu ke waktu (Gambar). Temuan Milankovitch ini menuntun pada pengertian perbedaan iklim.

Kini yang disebut perubahan iklim amat berbeda. Penyebabnya bukan lagi semata siklus Milankovitch.

”Jika diakibatkan oleh perubahan lapisan es di kutub, perubahan itu memakan puluhan ribu tahun. Faktor pengubah saat ini adalah konsentrasi karbon dioksida dan metana, gas rumah kaca di atmosfer. Kegiatan kami di Towuti lebih untuk mengungkap rahasia perubahan iklim di zaman es,” ujar James Russel, ahli iklim purba dari Universitas Brown, Providence, Rhode Island, Amerika Serikat, yang menjadi pemrakarsa pengeboran Danau Towuti. Sejatinya Bumi terus ”panas- dingin” dalam rentang panjang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com