Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mencari Solusi Kawasan Karst

Kompas.com - 03/04/2012, 02:19 WIB

Kawasan karst merupakan kawasan yang sering menjadi sumber konflik antara wacana konservasi dan penambangan. Dilema kawasan karst menjadi permasalahan yang tak kunjung mencair dalam sebuah solusi.

Hal seperti itulah yang menjadi pokok bahasan ”Seminar Nasional Konservasi Karst untuk Keberlangsungan Lingkungan Hidup” yang diselenggarakan Palawa Universitas Padjadjaran, Sabtu (31/3). Acara yang merupakan rangkaian kegiatan hari ulang tahun ke-30 Palawa Unpad itu juga sebagai pamungkas dari kegiatan Indonesia Padjadjaran Gigantic River Cave Expedition di Gua Khoun Xe, kawasan karst hulu Sungai Xe Bang Fai, Laos.

Diskusi berlangsung dalam suasana penuh sesak. Lebih dari tiga ratus mahasiswa, penggiat olahraga alam bebas, anggota klub pencinta alam, pemerhati karst, dan masyarakat umum hadir memenuhi Aula PSBJ Fakultas Ilmu Budaya Unpad, Jatinangor.

Empat pembicara yang membahas masalah ini, yaitu Budi Brahmantyo (akademisi dan pemerhati karst ITB), Apriyanto (ESDM Jabar), Oki Oktariadi (Museum Geologi), dan Cahyo Alkantana (Presiden HIKESPI). Para narasumber memaparkan potensi dan kondisi kawasan karst di Indonesia, baik untuk industri, pendidikan, maupun pariwisata. Peserta diajak melihat fakta-fakta keberadaan karst di berbagai penjuru dalam lingkup nasional.

Dari paparan para ahli, karst memiliki banyak potensi manfaat bagi pemerintah dan masyarakat sekitar, baik untuk usaha, pendidikan, maupun pariwisata. Sayang, fakta-fakta keberadaan karst di berbagai penjuru daerah menunjukkan kawasan karst menghadapi ancaman besar. Salah satu yang terbesar datang dari perusahaan penghasil semen. Izin pendirian perusahaan tambang terus diterbitkan tentu dengan berbagai perhitungan dan argumen yang mengiringinya. Namun, sejalan dengan itu, kerusakan lingkungan serta penurunan kualitas kesehatan masyarakat terus terjadi.

Hal yang lazim diungkapkan adalah fungsi kawasan karst sebagai wilayah penampung air (catchment area). Salah satu fungsi pentingnya berkaitan dengan ketersediaan air sehingga kelestariannya menjadi krusial, langsung berhubungan dengan kehidupan masyarakat. Berbagai ilustrasi sederhana digunakan pembicara untuk membantu peserta seminar, yang berasal dari beragam latar belakang dan pengalaman agar mudah memahami hubungan-hubungan antarbidang ilmu dan pemangku wewenang dalam pengelolaan dan pelestarian karst.

Cahyo Alkantana mengatakan, lebih murah mengimpor semen daripada memproduksi sendiri di dalam negeri. ”Belum lagi dihitung nilai kerusakan lingkungan yang ditinggalkannya serta penyakit yang dibawanya,” ujarnya.

Sementara Budi menyoroti beberapa temuan arkeologis di kawasan karst Citatah. Riset lanjutan Balai Arkeologi Bandung membuktikan, kompleks Gua Pawon di Citatah pernah ditinggali oleh manusia di zaman purba. Langkah maju harus ditempuh untuk menyelamatkan Citatah dari keadaan yang lebih parah. Hal itu, antara lain, dapat ditempuh dengan moratorium bertahap, yang dimulai dengan pemberhentian penerbitan surat izin penambangan dan inovasi yang menjadi solusi dalam hal mata pencarian atau perekonomian.

Ekowisata

Masalah tidak selarasnya kegiatan perekonomian dengan upaya pelestarian kawasan karst memunculkan solusi pengelolaan kawasan karst dalam koridor ekowisata. ”Menyangkut masalah perut, saya selalu bermain di tengah,” kata Cahyo Alkantana. Langkah itu merupakan upaya menjembatani kebutuhan konservasi dan ekonomi. Dia mengambil contoh apa yang sudah terjadi di kawasan karst Pati.

Dwi Jaya Siregar, ketua Ekspedisi Palawa, menggambarkan hal serupa dalam paparannya tentang kawasan karst di Laos yang terjaga karena adanya ekowisata. Pemerintah melibatkan penduduk lokal yang bermata pencarian sebagai petani sehingga mereka juga bisa bekerja sampingan di sektor pariwisata. Jaya juga menekankan adanya potensi perkembangan caving (penelusuran gua) sebagai olahraga di Indonesia yang terus bertambah peminatnya, terutama dari kalangan remaja.

Selain seminar dan pertemuan para anggota Palawa di Bukit Tunggul Lembang, diselenggarakan juga pameran foto tentang kawasan karst di Citatah dan Laos. Acara dimeriahkan dengan pertunjukan rampak kendang oleh Lises Unpad serta diakhiri dengan pemutaran film Ekspedisi Gua Khoun Xe Laos.

Stefanus Wong Mahasiswa Prodi Hubungan Internasional, FISIP Universitas Padjadjaran

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com