Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diciptakan Pohon Jambu Berbuah Cengkeh

Kompas.com - 28/03/2012, 19:01 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis

PADANG, KOMPAS.com - Pohon jambu dengan pucuk cengkeh berhasil dipersatukan sehingga memproduksi buah cengkeh. Demikian hasil penelitian dari Kantor Ketahanan Pangan Kota Padang, Propinsi Sumatera Barat, Rasmi R, S.St. M.Si.

"Teknologinya cukup sederhana. Antara lain, jambu yang sudah relatif besar dipotong dahannya. Setelah bertunas muda langsung disambungkan dengan pucuk cengkeh. Setelah 21 hari entris akan menyatu, maka akan muncul sebatang cengkeh yang siap berbuah cengkeh," kata Rasmi R, di Padang, Rabu (28/3/2012).

Menurut dia, penyambungan pohon jambu (yang dimanfaatkan sebagai batang bawah) dengan pucuk cengkeh akan memproduksi cengkeh tanpa repot-repot menanam dari awal.

"Cengkeh atau `Eugenia aromatica` merupakan tanaman yang berasal dari pulau Zanzibar ini pernah menjadi primadona pada hasil perkebunan di Indonesia," kata Rasmi.

Namun, kini pamor cengkeh relatif menurun karena monopoli tata niaga, kuota dan serangan hama atau penyakit tanaman. Dengan merosotnya komoditi cengkeh, penelitian tentang cengkeh menjadi tidak menarik.

Rekayasa budidaya cengkeh ini dilakukan untuk meningkatkan lagi minat penelitian cengkeh sehingga nilai ekonomisnya bisa dilihat kalangan luas.

Penyambungan cengkeh dan jambu bisa dilakukan sebab keduanya termasuk dalam satu genus, yakni Eugenia. Jambu sendiri memiliki beberapa spesies, antara lain jambu keling dan jambu air.

"Sebagai dasar dalam ilmu budidaya tanaman dan ilmu biologi menjelaskan bahwa tanaman yang satu genus bisa dilakukan penyambungan (enten ), tempelan (okulasi ), susuan dan lain-lain," papar Rasmin.

Diketahui, jambu paling baik ketahanannya adalah jambu keling. Di wilayah Sumatera Barat, jambu ini tumbuh di Solok. Walau bagian batang bawahnya tetap terbakar, jambu ini tetap hidup.

Rekayasa budidaya harus mempertahankan ketahanan kedua jenis tanaman yang akan disilangkan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com