Manado, Kompas -
Thomas Togas (49), warga kaki Gunung Lokon di Kelurahan Kinilow, mengaku mendengar gemuruh sangat keras dari perut Lokon beberapa jam sebelum erupsi. Letusan Lokon kemarin terbawa angin yang bertiup ke arah barat kawasan Woloan.
Petugas pengamat Gunung
Namun, erupsi Lokon kemarin tak sekuat letusan pada 10 Februari lalu yang menjadikan sebagian Kota Tomohon mandi abu. Ketika itu jalan di pusat
Pelaksana Tugas Wali Kota Tomohon Jemmy Eman mengatakan, pihaknya telah mengantisipasi letusan Lokon setelah mendapat laporan dari pos pengamat gunung api. Menurut Eman, masyarakat di sekitar Lokon telah diminta waspada, diikuti dengan persiapan evakuasi.
Aktivitas kegempaan Gunung Merapi di Daerah Istimewa Yogyakarta mulai turun drastis. Berdasarkan data Pos Pengamatan Gunung Merapi Kaliurang, pada Senin (20/2) hanya tercatat satu kali gempa vulkanik dangkal dan 13 gempa multifase.
Sejak Kamis (9/2) hingga Minggu (19/2), Gunung Merapi mengalami peningkatan aktivitas kegempaan. Kenaikan aktivitas ini ditandai munculnya gempa vulkanik dalam, gempa vulkanik dangkal, gempa multifase, guguran, dan gempa tektonik.
Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian Yogyakarta Subandriyo mengatakan, peningkatan aktivitas kegempaan diperkirakan muncul akibat adanya akumulasi tekanan magma dari dalam sumbat lava Gunung Merapi. Namun, dengan melihat fenomena ini, belum bisa disimpulkan bahwa aktivitas ini akan diakhiri dengan erupsi.
Gubernur DI Yogyakarta Sultan Hamengku Buwono X mengimbau masyarakat untuk tidak khawatir menyikapi peningkatan aktivitas kegempaan di Merapi dalam dua minggu terakhir.(ABK/WHO/ZAL/CHE)