Lusiana Indriasari dan Harry Susilo
Penyelidikan di lapangan masih dilakukan. Namun, para ahli konstruksi jembatan mengungkap sejumlah skenario dari bukti yang dikumpulkan di lapangan.
Data Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kutai Kartanegara terungkap, sejak tahun 2001
Pylon yang konstruksinya dari baja profil besar ini menancap pada pilar jembatan yang terhubung pada fondasi. Hidajat Sugihardjo, ahli konstruksi jembatan dari Jurusan Teknik Sipil ITS yang terjun ke lapangan mengatakan, pylon melengkung karena blok angkur yang menahan kabel utama sudah bergeser 8-10 cm.
Pada saat pylon melengkung, terjadi penurunan gaya tarik pada kabel utama dan kabel penggantung. Singkatnya, kabel-kabel baja yang digunakan menahan gelagar atau lantai jembatan mengendur. Kendurnya kabel membuat gelagar atau rangka balok penopang lantai jembatan (bagian yang dilalui kendaraan) ikut melengkung ke bawah.
Pengukuran terakhir tahun 2011 lengkungannya 72 cm. ”Kondisi ini yang ingin diperbaiki dengan mengencangkan kembali kawat penggantung jembatan agar gelagar penopang lantai jembatan kembali ke level semula atau kembali datar,” kata Hidajat.
Sesaat sebelum runtuh, petugas sedang mengecek ulang pada kabel penggantung bagian tengah dari kedua sisi jembatan. Dari tengah, kabel penggantung ini lalu akan disetel ulang satu per satu. Kabel di arah hulu sungai berhasil dinaikkan hingga 15 cm dengan dongkrak. Saat akan berpindah ke kabel lain, jembatan tiba-tiba runtuh.