Seattle, Kompas -
Mereka mengatakan, lempeng es utama nyaris terpisah dari daratan Antartika. Lempeng es Wilkins Ice Shelf itu tampak seperti ”bergantung di tali” dari Semenanjung Antartika—bagian menjulur dari Antartika yang ujungnya bertemu dengan ujung Benua Amerika Selatan.
Sebagian besar stasiun penelitian berada di wilayah itu. Namun, untuk menganalisis secara detail sulit karena minimnya
Yang diketahui, udara di daerah itu menghangat. Daratan es itu seakan terpisah dari sistem iklim global yang parameternya berkaitan erat dengan arus laut dan angin. Analisis iklim Antartika dilakukan dengan mengombinasikan data dari lapangan dan satelit.
”Kami punya sekurangnya data satelit selama 25 tahun. Keuntungannya, satelit bisa mengamati seluruh daratan,” ujar Eric Steig dari University of Washington di Seattle. Data stasiun pengamat memiliki rentang lebih panjang karena satelit merupakan teknologi baru.
Dari analisis kedua data ditemukan ada kenaikan suhu di seluruh Antartika sepanjang musim. Pada bagian timur yang lebih luas dan lebih dingin, suhu atmosfer naik rata-rata 0,1 derajat celsius per dekade. Di bagian barat, suhu naik 0,17 derajat celsius per dekade, lebih tinggi daripada rata-rata kenaikan global 0,6 derajat celsius.
Sementara itu, jelang Konferensi Bumi PBB, Pertemuan Para Pihak Ke-17 (COP-17)/Pertemuan Para Menteri (CMP7) di Durban, Afrika Selatan, delegasi Indonesia melakukan pertemuan.
Ketua Delegasi RI Rachmat Witoelar menegaskan, Indonesia harus tampil tegas. Banyak pihak mengandalkan kepemimpinan Indonesia.