Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Habibie Award untuk 2 Ilmuwan Berdedikasi

Kompas.com - 11/11/2011, 04:29 WIB

Jakarta, Kompas - Habibie Award diberikan kepada dua ilmuwan yang dinilai berdedikasi, Kamis (10/11), di Jakarta. Kedua ilmuwan itu adalah ahli perburungan (ornitolog) dari Universitas Indonesia, Prof Dr Soekarja Somadikarta, serta sosiolog Institut Pertanian Bogor, Prof Sajogyo.

Penghargaan untuk Prof Sajogyo diwakili salah satu muridnya, Prof Endriatmo Soetarto, yang kini pengajar Fakultas Ekologi Manusia IPB dan Ketua Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional Yogyakarta.

Ketua Dewan Pengurus Yayasan Sumber Daya Manusia Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek), Prof Dr Ing Wardiman Djojonegoro, yang memberikan penghargaan itu, mengatakan, program utama yayasannya adalah mendorong iptek dengan memberikan penghargaan serta memberikan beasiswa di lima bidang, yaitu ilmu dasar, kedokteran, rekayasa engineering, sosial, serta filsafat dan agama.

Dalam pidato ilmiahnya, Somadikarta mengatakan, kendati penelitian tentang burung di Indonesia mulai berkembang, masih banyak spesies yang belum ditemukan. Karena itu, habitat alami burung harus dijaga dan jangan sampai burung punah.

”Jika habitat burung rusak, maka perkembangan penelitian tentang unggas menjadi tidak bermakna,” ujarnya. Padahal, sejak 1960-2004, penelitian ataupun taksa burung baru yang ditemukan terus meningkat. Sepanjang 1945 sampai 2004 terdapat 280 taksa burung baru di kawasan Indo-Australia yang diidentifikasi.

Pada relief candi

Jauh sebelumnya, menurut Somadikarta, bangsa Indonesia sudah mulai menginventarisasi jenis-jenis burung. Hal ini tampak pada relief-relief candi di Jawa. Steinmann pada 1934 mengidentifikasi setidaknya ada 12 jenis burung yang tergambar di beberapa candi, seperti merak jawa (Pavo muticus) pada relief Candi Borobudur dan relief kasuari (Casuarius) di Candi Penataran.

Spesies burung asal Indonesia juga terlihat di literatur China. Pada lukisan dari zaman Hui Zong di Dinasti Song Barat tahun 1101-1125 terdapat lukisan parkit lima warna (Trichoglossus ornatus), hewan endemik Sulawesi.

Sepanjang 1627-1702, Rumphius menuliskan sekitar 50 spesies burung. Adapun pada tahun 1758-1960 banyak taksa burung baru dan semua ditemukan ornitolog asing.

”Sebelum 1960, memang tidak ada kesempatan untuk belajar dan meneliti burung,” kata Somadikarta.

Baru setelah 1950 pemerintah mulai mengirimkan mahasiswa ke Belanda dan negara-negara lain, dan kini hasilnya dapat dipetik. ”Tulisan ilmiah terkait ornitologi mulai meningkat tajam tahun 1994-2004, dengan 967 penulis,” tutur Soekarja, ornitolog kelahiran 21 April 1930. (INA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com