JAKARTA, KOMPAS.com — Penelitian The Nature Conservancy dan 17 lembaga swadaya masyarakat lainnya menemukan fakta bahwa sebagian besar orangutan justru hidup di kawasan nonkonservasi. Hasil penelitian itu diungkapkan dalam jumpa pers, Senin (1/11/2011) di Jakarta.
"Selama ini kan kita mengira orangutan itu hidup di kawasan yang dilindungi, ternyata justru sebaliknya. Sebanyak 70 persen orangutan hidup di kawasan nonkonservasi," kata Niel Mirkanuddin, The Nature Conservancy (TNC) Project Manager Kalimantan.
Orangutan yang hidup di kawasan nonkonservasi lebih rentan. Mereka berhadapan dengan beragam kepentingan, mulai dari penduduk yang berladang hingga industri kelapa sawit.
Studi mengungkap bahwa selama tahun 2007, sebanyak 691 orangutan mati terbunuh. Pembunuhan diketahui berkorelasi dengan jarak habitat orangutan dengan kawasan perkebunan sawit, konsesi HPH, dan hutan lindung. Pemerintah menetapkan target, tahun 2015 seluruh orangutan yang ada di tempat rehabilitasi harus dilepasliarkan.
Namun, target ini jadi dilema saat sebagian besar orangutan justru ada di kawasan rentan.
"Kalau sebagian besar orangutan hidup di kawasan nonkonservasi dan terancam, lalu kita mau lepasliarkan, bukankan itu malah membunuh orangutan?" kata Niel.
Ia mengungkapkan, mulai saat ini penegakan hukum untuk pelaku pembunuhan orangutan harus ditegakkan. Hukuman yang diberikan harus memberi efek jera. Di samping itu, target pelepasliaran orangutan di kawasan rehabilitasi juga harus dikaji. Sebab, masalah utama pelepasliaran adalah keterbatasan habitat.
Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!