JAKARTA, KOMPAS.com- Hasil penelitian survei berskala pulau untuk mendapatkan informasi orangutan yang dilakukan sejak 2008 mulai dipublikasikan. Diharapkan, penelitian yang didapat berdasarkan informasi/wawancara masyarakat di sekitar habitat orangutan ini bisa dipakai Pemerintah untuk menerbitkan kebijakan.
"Ini penelitian berbasis informasi dari masyarakat yang menyeluruh," kata Dr Damayanti Buchori, ahli ekologi Institut Pertanian Bogor, Selasa (1/11/2011) dalam diskusi Potret Orangutan Kalimantan di Kantor Kementerian Kehutanan, Jakarta.
Penelitian dilakukan oleh Perhimpunan Pemerhati dan Peneliti Primata Indonesia (Perhappi), The Nature Conservancy (TNC), dan berbagai LSM pada April 2008-September 2009.
LSM lain yang digandeng adalah WWF, FK3I, Yayasan Palung, PRCFI, Yayasan Riak Bumi, Yayasan Simpur Hutan, Yayasan Dian Tama, SuAR Institute, Sylva-Untan, Titian& Akar, BOSF, FNPH, MLH, OFI, Perhimpunan Teropong, YCI, BEBSIC & BIOMA.
Dalam menentukan desa yang akan disurvei, pencuplikan desa secara acak dengan proporsi 40 persen dari desa yang berpotensi sebagai sebaran orangutan. Secara keseluruhan 725 desa dilibatkan dalam studi ini. Salah satu hasilnya adalah Kalimantan Timur merupakan Provinsi yang memiliki tingkat konflik manusia-orangutan tertinggi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.