KOMPAS.com — Dari 35-45 badak jawa yang diperkirakan masih hidup di Indonesia, jenis kelamin betina diperkirakan hanya tinggal empat hingga lima ekor. Hal ini diungkapkan Sekretaris Jenderal International Union for Conservation Nature (Sekjen IUCN) Simon an Stuart seusai diterima Wakil Presiden Boediono di kantornya di Jakarta, Rabu (26/10/2011).
"Tadi Wakil Presiden menerima Sekjen IUCN. Mereka mengungkapkan keinginan untuk membantu pelestarian badak jawa yang kini tinggal 35-45 ekor, dan persoalannya betinanya tinggal 4-5 ekor," kata Juru Bicara Wakil Presiden Yopie Hidayat kepada wartawan di Kompleks Istana Wapres, Jakarta, Rabu.
Yopie mengatakan, menurut IUCN, saat ini badak jawa yang merupakan jenis badak bercula satu hanya ada di Indonesia. Badak jawa yang sebelumnya juga ada di Vietnam telah punah setelah diburu.
IUCN, menurut Yopie, sangat prihatin dengan hal itu dan ingin membantu pelestarian badak jawa. Terlebih lagi, spesies badak ini hanya melahirkan satu badak, dengan masa kehamilan 16 bulan.
"Dengan hanya empat betina, ancaman kepunahan ini juga semakin nyata," kata Yopie. Selain itu, badak sumatera juga kini rawan kepunahan. Jumlah badak sumatera yang merupakan jenis badak bercula dua diperkirakan hanya tinggal 200 ekor.
Untuk itu, IUCN, dalam perbincangan tersebut, menawarkan bantuan sebesar 1,9 juta dollar AS per tahun untuk pelestarian badak, terutama badak jawa. Selain itu, IUCN juga mengusulkan kepada Pemerintah Indonesia untuk menggalang perhatian dunia terhadap masalah badak.
IUCN juga mengharapkan Indonesia berinisiatif untuk melakukan program pelestarian badak dengan menggandeng negara-negara yang kini masih memiliki habitat hewan berkulit tebal tersebut, seperti Malaysia, Nepal, dan India. Badak kini terancam punah akibat adanya perburuan manusia, terutama karena culanya yang digunakan untuk obat-obatan tradisional China. Cula badak dihargai mahal. Selain itu, habitatnya juga semakin menyempit.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.