Ketua Tim Pengelolaan Sementara Kebun Binatang Surabaya (TPS KBS) Tony Sumampau menuturkan, babi rusa mati karena usia. ”Sudah di atas tiga puluh tahun,” kata dia, Selasa kemarin.
Tony menyatakan, secara umum kondisi kandang di KBS (berumur 95 tahun) tak layak huni dan jumlah satwa berlebihan sehingga kesejahteraannya kurang. Kondisi itu yang antara lain memicu kematian satwa.
”Sejak dibuka hingga sekarang baru ada renovasi kecil-kecilan sehingga kondisi sangkar dan kandang satwa tidak memenuhi syarat,” kata dia.
Minggu (23/10) malam, seekor komodo berumur delapan tahun juga ditemukan mati di KBS. Untuk komodo saja, Januari-Oktober 2011, tiga ekor mati. Pada Maret 2011 tiga ekor anak komodo hilang. Di KBS, saat ini ada sekitar 4.000 ekor satwa dengan 350 spesies.
”Kami tidak bisa memberi sanksi kepada penjaga maupun petugas yang mungkin bertanggung jawab pada kematian satwa karena kami hanya tim pengelola sementara. Kami tak punya otoritas,” kata dia.
Menurut Tony, timnya mengelola KBS selama 1,5 tahun terakhir. Selama itu, pihaknya memperbaiki sejumlah kandang dan mengurangi populasi satwa dengan mengirim ke tempat lain, misalnya ke tempat konservasi.
Secara terpisah, Liang Kaspe, Kepala Rumah Sakit Hewan KBS, menuturkan, sejauh ini kandang yang diperbaiki baru sekitar 10 persen dari total kandang yang rusak. ”Memang terjadi over populasi. Kalau tahu begitu, bagaimana tindakan pengelola untuk mengatasinya agar satwa KBS bisa lebih sejahtera,” tuturnya.
Menurut dia, tim pengelola semestinya bertanggung jawab mengamankan dan menjaga kesehatan setiap satwa di KBS. Bila ada pencurian dan kematian satwa, pengelola harus segera mencegah kejadian berulang. ”Kalau tim pengelola tak mau bertanggung jawab, karyawan seperti saya bingung,” kata dia.