KOMPAS.com - Kebutuhan listrik semakin meningkat, namun penyediaannya hingga saat ini masih mengalami keterbatasan. Beragam alternatif penyediaan listrik, dari teknologi angin, panas bumi hingga nuklir dipikirkan tapi belum satu pun yang bisa diimplementasikan secara mantap dan massif.
Mencoba menjawab permasalahan itu, Dr Taufik, ilmuwan asal Indonesia yang menjadi Professor dan Electrical Engineering Director di Electric Power Institute California Poly State University (Calpoly) Amerika Serikat mengembangkan DC House.
"DC house secara garis besar adalah satu sistem pengaliran listrik ke rumah-rumah dengan metode DC (direct current)," kata Taufik. Listrik bisa dibangkitkan dari banyak sumber dan disimpan, misal dalam sebuah baterai, untuk selanjutnya dipakai untuk mengoperasikan peralatan elektronik. Dengan demikian, kebutuhan listrik tidak lagi tergantung pada sistem transmisi jarak jauh dari sumber yang dibangkitkan pembangkit raksasa.
Selama ini, pengaliran listrik dilakukan dengan AC (alternating current) untuk mengalirkan listrik tegangan tinggi dari PLTA, PLTU, atau pembangkit sejenis. Namun, ketika listrik hendak masuk ke peralatan elektronik, AC diubah menjadi DC oleh adaptor. Konversi ini tidak efisien sehingga banyak energi terbuang. Menurut riset, sekitar 1 triliun Kwh terbuang akibat inefisiensi itu.
Dengan DC House, konversi AC ke DC tidak diperlukan karena listrik dari DC House bisa langsung digunakan. Dengan demikian, DC House menawarkan efisiensi dalam pengaliran listrik. Taufik mengungkapkan bahwa dengan DC House, efisiensi pengaliran listrik bisa ditingkatkan hingga sebesar 5-10 persen.
Satu keuntungan utama DC House lain adalah fleksibilitas. Dalam rancangan dasarnya, DC House didesain mampu menerima listrik dari sumber apapun, seperti angin, air, surya bahkan orang yang mengayuh sepeda. Jadi, suatu daerah bisa memanfaatkan potensi sumber listrik yang paling melimpah.
"DC House nantinya akan mengurangi beban PLN untuk menyediakan listrik ke daerah pedalaman. Keuntungan lain, DC House ini akan langsung menggunakan sumber energi terbarukan yang banyak didapatkan di Indonesia terutama di daerah pedalaman atau kepulauan terpencil," tambah Taufik yang mendapatkan gelar doktor di Cleveland State University.
Listrik yang berhasil dibangkitkan akan dialirkan ke rumah lewat kabel. Sebelum sampai ke rumah, listrik akan melewati converter yang berperan menstabilkan tegangan. Converter DC yang diperlukan juga telah dikembangkan Taufik sebelumnya.
Dari sudut harga, DC House akan didesain semurah mungkin. Contoh yang tengah dikembangkan saat ini adalah sistem pembangkit listrik tenaga air dan angin skala kecil dengan memanfaatkan generator yang didapat dari kendaraan bekas.
Siap implementasi