Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cermati Dampak Transgenik

Kompas.com - 19/10/2011, 03:07 WIB

Jakarta, Kompas - Dampak lingkungan, sosial, dan ekonomi harus dikaji secara cermat terkait dengan uji penanaman produk rekayasa genetik (transgenik). Keputusan itu harus dijauhkan dari kepentingan pengusaha semata. Kementerian Pertanian diminta lebih berhati-hati.

Koordinator Aliansi untuk Desa Sejahtera Tejo Wahyu Jatmiko di Jakarta, Selasa (18/10), mengatakan, sangat jelas semangat peraturan menteri pertanian ini untuk memfasilitasi kepentingan pengusaha pemilik benih, baik hibrida maupun transgenik.

”Tanpa pernah memikirkan dampak lingkungan, sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat,” katanya. Alasan yang dipakai terkait Rencana Induk Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) memang sangat proinvestor.

Sebelumnya diberitakan pada 5 Oktober 2011, Menteri Pertanian Suswono menerbitkan Peraturan Menteri Pertanian No 61 Tahun 2011 tentang Pengujian, Penilaian, Pelepasan, dan Penarikan Varietas. Semangat Permentan No 61/2011 mempercepat pengujian tanaman transgenik.

Tejo menilai, Permentan No 61/2011 menabrak Undang-Undang No 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Karena jelas dari semangatnya yang ingin mempercepat perizinan tanpa mau memperhatikan potensi dampak negatif.

”Asas tanggung jawab negara, pelestarian, dan perlindungan, kehati-hatian, keanekaragaman hayati, partisipatif nyata-nyata ditabrak demi investor,” katanya. Dalam kaitan ini, seharusnya Mentan belajar dari kasus kapas transgenik yang gagal total karena perizinan amburadul dan hanya berpihak kepada investor.

Sementara itu, menurut Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan Winarno Tohir saat dihubungi di Yogyakarta, sekarang para petani mengerti transgenik.

”Tanaman produk transgenik tidak menaikkan produksi. Tapi diciptakan untuk lebih tahan terhadap kondisi tertentu, seperti kekeringan, terendam, atau serangan hama penyakit,” katanya.

Keunggulan inilah yang diharapkan petani. Apalagi belakangan ini petani lebih sering mengalami penurunan produktivitas dan gagal panen. Baik akibat kekeringan, terendam banjir, maupun terserang organisme pengganggu tumbuhan. ”Dengan transgenik, kepastian panen lebih bisa didapat,” katanya.

Prinsip transgenik, mentransfer sifat unggul gen tertentu dalam suatu benih hasil persilangan. Untuk tanaman padi, misalnya, ada varietas Inpari 13 yang tahan serangan wereng batang coklat biotipe 1, 2, dan 3; Inpara yang tahan rendaman; dan Inpago tahan kekeringan.

”Tanpa transgenik, daya tahan Inpari dan Inpago terhadap rendaman dan kekeringan hanya dua minggu, dengan transgenik bisa sebulan sehingga petani tetap panen,” katanya. (MAS)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com