Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Solusi Efektif Konversi BBM ke BBG untuk Angkot

Kompas.com - 17/10/2011, 21:44 WIB
Tenni Purwanti

Penulis

KOMPAS.com - Pekerja di sektor transportasi publik, seperti supir angkot dan bus berada di bawah piramida ekonomi. Mereka mendapat penghasilan kurang dari 4 USD (kisaran IDR 30-40 ribu) per hari, sehingga sulit untuk menyekolahkan anak maupun mendapatkan layanan kesehatan keluarga yang layak. Di sisi lain, pemerintah kewalahan oleh kecenderungan meningkatnya subsidi BBM yang melampaui Rp 100 triliun pada 2010, dan terus menanjak naik hingga akhir 2011.

Selain itu, 85 juta kendaraan yang ada di Indonesia kini menyumbang hingga 1,3 Giga Ton CO2 ke udara setiap tahunnya. Penggunaan energi fosil menghasilkan emisi yang merusak lingkungan dan mendorong terjadinya perubahan iklim. Hal ini yang melatarbelakangi Shana Fatina dan timnya membuat Proyek Layanan Pembiayaaan Mikro untuk Konversi Angkutan BBG. Proyek ini memenangkan kompetisi E-Idea dan Shana menjadi wakil Indonesia untuk mengikuti E-Idea Regional Training yang dihadiri 7 negara.

Shana melakukan konversi Bahan Bakar Minyak (BBM) ke Bahan Bakar Gas (BBG) dan mensosialisasikannya kepada supir angkot. Untuk membantu para supir angkot, Shana juga menyediakan sistem kredit sehingga konversi BBM ke BBG bisa dengan mudah didopsi oleh supir angkot.

Konversi BBG dilakukan dengan memasang Alat Konverter Kit dan Tabung CNG pada kendaraan, sehingga kendaraan tidak lagi menggunakan BBM tetapi menggunakan gas alam sebagai bahan bakarnya. Hal ini sudah diterapkan di Pakistan, Thailand, Singapura, Malaysia dan dalam skala kecil juga dimulai di beberapa wilayah di Indonesia seperti Jakarta, Palembang, Surabaya. Persoalan dari Konversi BBG adalah bagaimana agar supir atau pemilik angkot yang memiliki penghasilan rendah bisa membeli konverter kit sehingga ikut menikmati manfaat penggunaan BBG.

Inovasi Tinamitra Mandiri yang dikelola Shana dalam program konversi ini adalah memberikan solusi berupa layanan microfinance untuk para pengemudi maupun pemilik angkot, sehingga mereka secara swadaya dapat berpartisipasi menyukseskan program konversi, sekaligus meningkatkan kesejahteraan keluarga. Tidak hanya memberikan kredit lunak untuk pembelian konverter kit, namun Shana juga mendampingi mereka dalam mengelola pendapatan tambahan dari penggunaan BBG secara bijak, misalnya dalam bentuk tabungan maupun pola konsumsi.

Harga satu paket pemasangan konverter kit adalah Rp 6 juta dimana supir akan mencicilnya dengan kredit lunak selama 3 tahun. Dengan menggunakan BBG, supir angkot mendapatkan penghematan biaya bahan bakar sebesar Rp 1.300 per liternya. Apabila dalam sehari mereka menggunakan 30 liter, maka total penghematan yang diperoleh adalah sebesar Rp 42. 000 per harinya. Sebanyak Rp 11.000 akan digunakan untuk mencicil konverter kit, sementara Rp 31.000 akan dikumpulkan ke dalam Koperasi sebagai dana pendidikan, asuransi kesehatan, serta kredit usaha mikro mereka. Hal ini memungkinkan karena harga jual BBG adalah Rp 3.100 per liter sementara BBM Premium adalah Rp 4500 per liter.

"Dengan konsep microfinance ini, kini semua pengemudi bisa menikmati manfaat penggunaan BBG tanpa harus menunggu pemerintah bergerak memberikan bantuan konverter kit," ujar Shana melalui wawancara surat elektronik, Minggu (16/10/2011). Saat ini, sudah ada 680 angkot yang terdaftar dalam program tahap pertama konversi BBG.

Proyek ini dirintis sejak tahun 2008, di saat Kota Cirebon pertama kali mengusahakan program konversi BBG. Saat itu, program mengalami kegagalan akibat ketidaksiapan pemasok gas. Padahal, para pemilik angkutan kota dibawah naungan Organda Cirebon, saat itu sudah siap untuk berpartisipasi dalam konversi BBG.

Tahun 2009 dan 2010, Pemerintah Kota Cirebon mengajukan bantuan konverter kit gratis ke Kemenhub. Sayangnya, karena belum memiliki sarana infrastruktur SPBG (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas) maka Cirebon berulang kali tidak mendapat bantuan tersebut. Namun demikian, studi kelayakan Dishubkominfo Kota Cirebon menyimpulkan bahwa terdapat 979 unit Angkot Kota Cirebon dan 1440 Angkot Kabupaten Cirebon yang siap untuk dikonversikan menjadi Angkot BBG. Mereka sangat tertarik karena penggunaan BBG bisa meningkatkan pemasukan mereka hingga 70 persen, dengan harga BBG yang lebih murah dari BBM.

Melihat besarnya animo tersebut, Shana dan timnya masuk ke Cirebon untuk merevitalisasi program konversi yang sempat tertunda, dengan membangun kekuatan komunitas pengguna BBG itu sendiri. "Kami lalu membangun mekanisme khusus yang bisa membantu masyarakat bisa tetap melakukan program konversi dan mendapat keuntungan, meski tidak mendapat bantuan konverter kit gratis. Muncullah konsep Microfinance untuk Konversi BBG ini," tambah Shana.

Keberhasilan Shana bukan tanpa hambatan. Selama ini ia menghadapi berbagai kesulitan sebelum programnya betul-betul diterima, yakni meyakinkan pengemudi dan pemilik angkutan bahwa CNG tidak berbahaya dan bisa memberikan manfaat langsung yang signifikan (tambahan pemasukan hingga 70 persen). Ia juga kesulitan meyakinkan pengemudi angkot bahwa pentingnya menyisihkan sebagian pendapatan untuk tabungan pendidikan, kesehatan, dan investasi.

Ia juga kesulitan mendapatkan pasokan gas dan meyakinkan pihak pemasok gas bahwa Cirebon memiliki hak untuk menggunakan gas yang dihasilkannya sendiri. Ia juga harus meyakinkan ESDM, Kemenhub, Menko Ekuin, serta Dewan Energi Nasional bahwa program konversi BBG merupakan program yang menguntungkan Bangsa Indonesia karena mereduksi subsidi BBM secara signifikan (hingga 28 juta per tahun, per kendaraan) sekaligus harus Mengurus perizinan untuk SPBG dan program konversi BBG, karena melibatkan lintas kementerian dan instansi.

Rencana dalam 5 tahun, Shana dan Tina MitraMandiri akan mengonversi 100.000 kendaraan angkutan seluruh Indonesia, dengan proyeksi penghematan subsidi BBM hingga Rp 2,8 Triliun, reduksi emisi karbon hingga 1 juta ton CO2, serta pengentasan kemiskinan dengan total peningkatan pendapatan 100,000 supir angkot hingga total Rp 1 trilliun.

"Kami membutuhkan partner dan investor untuk menggulirkan konversi BBG ini, terutama dalam menyediakan pembiayaan konversi serta pengadaan SPBG pada titik-titik potensial lain di Indonesia," ungkap Shana.

Impian nereka suatu saat nanti, bisa mengentaskan kemiskinan di sektor transportasi dan semakin banyak masyarakat Indonesia yang lebih memilih menggunakan transportasi publik dibandingkan kendaraan pribadi karena lebih ekonomis, sehat, dan ramah lingkungan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com