Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hutan Mangrove Susut 7.000 Hektar

Kompas.com - 12/10/2011, 02:59 WIB

CILACAP, KOMPAS - Sekitar 7.000 hektar hutan mangrove hancur di kawasan Laguna Segara Anakan, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Kasus itu terjadi sejak tahun 1984 sehingga menghancurkan berbagai biota laut dan tempat pemijahan puluhan jenis ikan. Bahkan, kondisi tersebut ikut mengancam ekosistem perairan selatan Jawa.

Data Dinas Kelautan Perikanan dan Pengelola Sumber Daya Kawasan Segara Anakan (KP2SDKSA) Cilacap yang diperoleh, Senin (11/10), menyebutkan, luas areal bakau (mangrove) di kawasan tersebut pada tahun 1984 mencapai 15.000 hektar. Namun, saat ini hanya tersisa 8.000 hektar. Ekosistem tersebut menyusut secara signifikan akibat penebangan liar terutama untuk keperluan membuka areal pertambakan. Penyusutan luas areal hutan mangrove di kawasan tersebut rata-rata 350 hektar per tahun.

Koordinator Peneliti Segara Anakan dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), Prof Edy Yuwono, mengatakan, ekosistem mangrove di kawasan Segara Anakan merupakan tempat pemijahan ikan, salah satu sumber makanan, pembiakan, dan pembesaran alami dari kurang lebih 45 jenis ikan laut, 85 jenis burung, dan beragam satwa lain. ”Nilai kekayaan perikanan laut dan payau yang berada di dalamnya sangat besar. Krisis mangrove di daerah itu memacu degradasi lingkungan yang menyumbang pemanasan global,” katanya.

Terancam punah

Lembaga independen Amerika Serikat, Engineering Consultant Incorporation (ECI), mencatat, sekitar 94 persen udang di perairan lepas pantai selatan Pulau Jawa menggunakan Laguna Segara Anakan sebagai tempat pembiakannya. Bahkan, beberapa spesies, seperti bangau bluwok (Mycteria cinerea), bangau tongtong (Leptoptilos javanicus), dan ikan sidat laut di kawasan itu kini terancam punah.

Pembabatan mangrove secara besar-besaran di kawasan ini dimulai sejak 1997 saat banyak investor tambak berdatangan. Namun, seiring stabilnya harga udang dunia pada akhir tahun 1990-an, para penanam modal tambak pun meninggalkan lahan tambak dalam kondisi gundul yang gersang.

Menurut Kepala Dusun Lempong Pucung, Desa Ujungalang, Kecamatan Kampung Laut, Wahyono, laju sedimentasi lumpur yang terbawa beberapa sungai dan bermuara di kawasan Segara Anakan juga mendorong warga pendatang terutama dari Ciamis, Jawa Barat, membabati mangrove. Bahkan, mereka menggarap tanah timbul menjadi areal pertanian. Penebangan liar juga dilakukan guna memanfaatkan kayu mangrove sebagai material bahan bangunan.

”Kami memang telah berupaya menanam mangrove secara mandiri. Namun, pengawasannya kami akui masih lemah, terutama di kawasan yang jauh dan tidak terpantau, sehingga mudah dicuri dan dirusak,” ujar Wahyono.

Kalah cepat

Bupati Cilacap Tatto Suwarto Pamudji mengatakan, penyelamatan Segara Anakan melalui penanaman mangrove terus digalakkan selama lima tahun terakhir. Namun, luasan areal tanam mangrove tidak secepat laju sedimentasi yang mencapai satu juta meter kubik per tahun sehingga menyebabkan luas laguna menyusut dari 3.000 hektar pada 1980 menjadi 700 hektar pada 2010.

Upaya penanaman mangrove juga dilakukan PT Pertamina Refinery Unit (RU) IV Cilacap sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan. Juru Bicara Pertamina RU IV Cilacap, Ruseno, mengatakan, pihaknya bersama masyarakat Kampung Laut telah mereboisasi sekitar 20 hektar hutan mangrove di dekat kawasan Pertamina. Selain itu, hutan mangrove seluas 12 hektar di wilayah Kampung Donan sudah ditanami dengan 91.000 bibit mangrove.

”Sebagian besar masyarakat Segara Anakan bermata pencarian sebagai nelayan. Mereka sangat bergantung pada kekayaan alam di hutan mangrove untuk kehidupan sehari-hari. Hutan mangrove merupakan penopang utama biota laut sehingga ikan bisa berkembang biak dengan baik,” katanya. (GRE)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com