Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Orangutan Dibantai, Polres Kutai Bentuk Tim

Kompas.com - 27/09/2011, 21:07 WIB

SAMARINDA, KOMPAS.com —Polres Kutai Kartanegara, Polda Kalimantan Timur, membentuk tim untuk menyelidiki pembantaian puluhan orangutan Kalimantan (Pongo Pygmaeus Mario) di Desa Puan Cepak, Kecamatan Muara Kaman, pada 2009 hingga 2010.

”Setelah menerima informasi terkait dugaan pembantaian orangutan, saya langsung melakukan rapat kemudian langsung membentuk tim untuk melakukan penyelidikan,” kata Kepala Polres Kutai Kartanegara Ajun Komisaris Besar I Gusti KB Harryarsana saat dikonfirmasi dari Samarinda, Selasa (27/9/2011) malam.

”Kami juga telah berkoordinasi dengan pihak BKSDA (Balai Konservasi Sumber Daya Alam) untuk bersama-sama melakukan penyelidikan terkait dugaan pembantaian puluhan orangutan tersebut,” ujarnya.

Tim yang beranggotan delapan personel dari Satuan Reskrim dan Intelkam tersebut, lanjut dia ,telah diberangkatkan ke Kecamatan Muara Kaman.

”Saya juga telah menghubungi Kapolsek Muara Kaman, namun sejauh ini dia juga belum mendapatkan informasi secara detail mengenai dugaan pembantaian orang utan itu,” katanya.

Tim yang terdiri dari unsur Reskrim yang akan melakukan penyelidikan dan Satuan Intelkam yang melakukan penelusuran  hari ini sudah diberangkatkan ke Muara Kaman.

Polres Kutai Kartanegara, kata dia, baru mengetahui dugaan pembantaian tersebut berdasarkan pemberitaan sebuah koran harian di Kaltim. ”Kami belum memiliki data secara detail terkait dugaan pembantaian itu,” katanya.

Ia menegaskan bahwa jika dalam penyelidikan terbukti ada yang melakukan pembantaian terhadap primata tercerdas setelah gorila dan simpanse itu, akan ditindak sesuai UU berlaku.

Pelakunya dapat dijerat Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Kepala Desa Puan Cepak, Kecamatan Muara Kaman, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Kadir, saat dihubungi Selasa siang membenarkan terjadinya pembunuhan terhadap sejumlah orangutan kalimantan itu.

”Kejadian itu diperkirakan berlangsung dua atau tiga tahun lalu sebelum saya menjadi Kepala Desa. Pembunuhan orangutan itu sudah menjadi rahasia umum bagi masyarakat Desa Puan Cepak,” kata Kadir.

Kepala Desa Puan Cepak itu mensinyalir, pembunuhan orangutan oleh warga tersebut berdasarkan kepentingan perusahaan sawit yang beroperasi di desa itu.

”Saya mendapat informasi kalau warga dibayar per ekor untuk membunuh orangutan itu. Namun, saya tidak tahu berapa nilainya, tetapi saya menduga warga melakukan itu karena kepentingn perusahaan,” katanya.

”Saat ini populasi orangutan yang tersisa sekitar 10 ekor,” ungkap Kadir.

Sementara, Kepala Seksi Trantib Kecamatan Muara Kaman Arsil mengatakan tidak pernah mendengar adanya pembunuhan orangutan tersebut.

”Setahu saya, selama ini tidak pernah ada interaksi antara masyarakat dan Ooangutan sebab satwa langka dan dilindungi tersebut hidup di tengah hutan dan tidak pernah masuk ke wilayah permukiman penduduk. Malah, jika melihat manusia, orangutan itu lari,” kata Arsil.

Namun, dia juga tidak menampik jika kemungkinan pembunuhan itu akibat adanya kepentingan perusahaan. ”Di sana ada beberapa perusahaan sawit dan batubara sehingga bisa saja jika dianggap mengganggu orangutan itu dibunuh. Tapi saya belum tahu secara pasti mengenai pembunuhan tersebut,” kata Arsil.

Populasi orangutan di Kecamatan Muara Kaman, kata dia, diperkirakan tersisa sekitar 200 ekor.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Video Pilihan Video Lainnya >

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com