Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspadai Perompakan dan Penjarahan

Kompas.com - 27/09/2011, 03:12 WIB

Pontianak, Kompas - Jajaran Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut diminta fokus dan tetap mewaspadai potensi perompakan dan penjarahan ikan di Laut Natuna dan Selat Malaka. Koordinasi antarunit harus ditingkatkan untuk menekan gangguan keamanan laut di wilayah perbatasan negara.

Sebelumnya, pekan lalu, Kepolisian Daerah Aceh menangkap empat perompak yang beroperasi di kawasan Selat Malaka. Perompak membajak kapal berbendera Singapura, GM Gallant, yang hendak membawa alat berat ke Sabang, Aceh. Kawanan ini juga menculik seorang teknisi mesin kapal tersebut, Yayan Jauhari, dan meminta tebusan hingga ratusan juta rupiah.

”Perompakan dan penjarahan ikan masih terus terjadi di Selat Malaka dan Laut Natuna. Walaupun intensitasnya menurun dibandingkan tahun lalu, hal itu patut diwaspadai oleh semua prajurit pada 2011 ini,” ujar Komandan Pangkalan Utama Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut IV Laksamana Pertama Darwanto di Pontianak, Kalimantan Barat, Senin (26/9), seusai serah terima jabatan Komandan Pangkalan TNI AL Pontianak dari Kolonel Laut (P) Parno kepada Kolonel Laut (P) Arsy’ad Abdullah.

Data dari Stasiun Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Pontianak menunjukkan, perairan Natuna dan Laut China Selatan merupakan kawasan yang paling rawan pencurian ikan. Tahun ini saja, sudah ada puluhan kapal yang ditangkap kapal patroli Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Kepala Stasiun Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Pontianak Bambang Nugroho mengatakan, pada 2011, pencurian ikan didominasi nelayan asal Vietnam dan Thailand. ”Modusnya mencuri ikan secara berkelompok dengan menggunakan alat tangkap pukat harimau. Kelompok ini biasanya dilengkapi kapal khusus pengangkut,” kata Bambang.

Selain mewaspadai perompakan dan penjarahan ikan, Darwanto juga meminta jajarannya memperketat pengawasan imigran gelap. ”Yang paling rawan di Selat Malaka. Terakhir, ada imigran gelap asal Myanmar tujuan Jakarta,” katanya.

Agar pengamanan perbatasan berjalan baik, TNI AL menggelar latihan bersama dengan Ma- laysia. Namun, Darwanto mengakui, upaya yang dilakukan jajaran Lantamal IV masih terbentur jumlah personel. ”Idealnya kami perlu sekitar 2.000 personel di Lantamal IV, tetapi sekarang baru ada sekitar 1.280 personel,” katanya.

Perompak diringkus

Di Aceh, Kepala Polda Aceh Inspektur Jenderal Iskandar Hasan, Senin, mengatakan, keempat bajak laut yang tertangkap adalah Mawardi, Ismail, Hasbi, dan Munawir. Polisi juga menangkap Adi, pemilik kapal yang digunakan para bajak laut.

Dari tangan para pelaku, polisi menyita kapal, senjata laras pendek, dua granat tangan jenis manggis, dan sejumlah dokumen, termasuk dokumen milik kapal GM Gallant. ”Mereka ini memang kawanan bajak laut yang sering beraksi membajak kapal di kawasan Selat Malaka. Mereka berasal dari Peurlak, Aceh Timur. Di sana ada banyak pelaku pembajakan,” kata Iskandar.

Pada 18 September lalu, dalam sebuah razia di Ulee Gle, Pidie Jaya, polisi menangkap Mawardi dan membebaskan Yayan yang disandera.

”Mereka ditangkap di angkutan kota. Mereka terpancing untuk ke lokasi pengambilan uang tebusan,” ujar Iskandar.

Polisi kemudian melanjutkan pengejaran terhadap pelaku lain. Di Panton Labu, Aceh Utara, polisi kemudian menangkap Ismail sehari kemudian. Lalu, giliran Hasbi dan Munawir yang ditangkap pada 22 September.  (AHA/HAN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com