Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenang Renang di Musim Panas

Kompas.com - 22/09/2011, 11:44 WIB

KOMPAS.com - Helsinki, pukul 3 dini hari, belum dua jam matahari terbenam, langit malam tampak seperti lembayung senja. Ingatan akan malam musim dingin yang kelabu pekat seperti mimpi di siang bolong.

Musim panas sedang pada puncaknya. Hari terasa panjang dan menyenangkan. Matahari bersinar hampir 20 jam setiap hari menghangatkan Finlandia. Jalanan kota yang biasanya lengang kini dipenuhi warga tua muda beraktivitas hingga lupa waktu.

Berbagai acara seni dan sosial diselenggarakan outdoor dan terbuka untuk publik. Beberapa teman baru saja selesai menggelar pertunjukan musik kecil untuk merayakan musim panas di pusat kota.

Setelah berpeluh keringat membakar kalori dengan melantai mengikuti ritme musik house garage dan hip hop yang menghentak sekian lamanya, mereka pulang dengan berjalan kaki menembus kota yang mulai terlelap untuk mendapatkan udara subuh yang menyejukkan.

Namun pacuan adrenalin dari keriaan musik masih terasa kencang. Sehingga mereka memutuskan untuk menutup hari dan mengejar matahari esok yang akan segera terbit dengan ritual musim panas berenang di Tervasaari.

Tervasaari merupakan sebuah dermaga kecil dekat pelabuhan kota yang menjorok ke Teluk Finlandia dan berbatasan langsung dengan Laut Baltik. Dermaga ini searah dengan akses masuk ke parkiran berbagai yacht dan kapal pribadi kaum bermampu.

Uniknya tempat ini merupakan mattolaituri, area bagi warga untuk mencuci dan menjemur karpet. Sudah menjadi tradisi dan tontonan turis di sini karena selama musim panas warga mencuci karpet dengan tangan satu kali sepanjang tahun di tepi pantai, sungai, atau danau.

Banyak dok didirikan lengkap dengan meja papan cucian, gelondong pengeringan, dan palang jemuran yang sudah dipenuhi dengan karpet warna warni. Hal ini menjadi pemandangan khas musim panas.

Pada subuh hari itu, dermaga tampak lebih ramai dari biasanya dengan beberapa kelompok pemuda sedang menikmati sejuknya air laut. Untungnya mereka menemukan sebuah dok dengan deretan meja kayu untuk menjemur karpet yang hanya ditempati oleh dua wanita yang sedang beristirahat sejenak dari renang.

Setelah menyapa dengan sopan dan meminta izin untuk berbagi tempat berlabuh, mereka langsung berceburan ke dalam air laut yang tenang. Deretan beton pembatas antara daerah aman berenang dan laut lepas menjadi parameter putaran renang mereka.

Air laut Baltik yang pekat nampak seperti melahap dan memuntahkan kepala mereka semakin lama semakin kecil menuju horizon. Sejenak yang terdengar hanya ritme kayuhan kaki dan lengan melawan gravitasi. Dentuman musik yang memekakkan telinga mereka sebelumnya diredam dengan keheningan air yang dalam.

Tetapi tidak terlalu lama. Setelah puas mendinginkan diri dalam air, mereka menuju dok untuk mengeringkan diri. Mereka beralasan, air laut Baltik kini semakin terpolusi dan tak senyaman dulu lagi.

Laut Baltik terkenal sebagai perairan dengan campuran air segar (freshwater) dari berbagai sungai di Eropa dengan air Laut Utara. Itulah sebabnya tingkat salinitas perairan ini relatif rendah alias tidak terlalu asin untuk berenang. Namun kini air segar dari sungai justru menjadi sumber polusi akibat semakin banyaknya limbah industri yang tak terolah dengan baik.

Sekembalinya di dok, keramahan masyarakat lokal terasa ketika mereka berbagi bekal roti, daging asap ikan salmon, dan sebotol anggur sambil berbicara tentang musim panas diterangi cahaya lilin dan matahari yang mulai muncul di ufuk timur. Topik cuaca memang topik tipikal yang paling digemari warga Finlandia.

Meski negeri empat musim, Finlandia termasuk negara yang mengalami musim dingin terlama dengan titik rendah minus 30-40 derajat. Jadi tak heran jika mereka sangat sadar cuaca dan perubahan iklim serta menikmati musim panas dengan aktivitas luar yang kadang luar biasa bagi orang awam seperti berenang pada dini hari.

Salah satu warga kini terjun dan berenang menuju deretan beton lalu berjalan di atasnya sambil melambaikan tangan kemenangan. Dia terlihat begitu kecil dengan latar belakang jajaran gedung berwarna pastel.

Katedral Ortodoks Uspenski di atas bukit peninsula Katajanokka seakan memandang balik mereka yang asyik berenang. Layaknya kanvas besar tempat matahari pagi memantulkan cahayanya.

Semilir angin pagi dan teriakan burung camar mulai membangunkan kota dari tidur yang singkat. Warga berangsur kembali ke rumah mereka dengan bersepeda atau berjalan menelusuri dermaga meninggalkan jejak kaki musim panas pada lantai papan kayu tua.

Selain Tervasaari, warga sering berenang atau mengayuh kano di tepian Sungai Vantaa. Di tepian itu tampak deretan rumah musim panas lengkap dengan dok pribadi dan hamparan rumput hijau menghiasi.

Sungai Vantaa merupakan sungai utama di Helsinki sebagai sumber air minum, pembangkit tenaga listrik serta sarana rekreasi. Beberapa pantai kecil buatan dibangun di tepi sungai ini dan selalu dipenuhi oleh warga untuk berenang selama musim panas.

Latar belakang sungai yang kontras seperti berbagai tebing batu. Tebing batu juga sering dipanjat warga untuk melakukan atraksi loncat indah ke sungai atau sekedar berjemur santai menikmati teriknya matahari.

Opsi berenang di stadium renang terbuka Helsinki bersebelahan dengan stadium Olimpiade juga menjadi pilihan favorit warga yang ingin berolahraga dengan pemandangan langit terbuka.

Apalagi temperatur air yang relatif hangat karena kolam ini dilengkapi dengan sistem pemanas. Stadium ini dibangun seiring dengan diselenggarakannya Olimpiade 1952 di Helsinki.

Stadium berarsitektur fungsionalis yang terdiri atas kolam 50 meter dan kolam untuk loncat indah serta menyelam. Sayangnya stadium ini hanya dibuka dari bulan Mei hingga September saja mengingat iklim yang semakin tak bersahabat seusai musim panas.

Hari itu adalah hari terakhir stadium dibuka sebelum rehat. Saya dan teman menyempatkan diri mencoba menyelami air terakhir musim panas dengan berbekal uang tarif masuk pelajar 1,8 euro saja.  

Beberapa teman yang usil kerap masuk secara ilegal untuk berenang di malam hari ketika stadium sudah tutup. Mereka mengakui pengalaman renang di malam hari lebih mengasyikan dan santai daripada di siang hari yang ramai pengunjung.

Maklum, di Finlandia, berenang di kolam renang memiliki semacam rambu lalu lintas tersendiri. Kolam 50 meter memiliki delapan jalur dan terlihat seperti kolam untuk perenang profesional.

Setiap jalur dibagi sesuai dengan kecepatan para perenang dan terdiri atas dua arah. Awalnya bisa sangat merepotkan jika ternyata ada perenang yang lamban dan berada di jalur dengan kecepatan yang tidak sesuai.

Terkadang sulit untuk sekedar santai dan berbincang di pinggir kolam. Di sini berenang berarti bisnis. Seperti halnya berkendaraan di jalan raya, hati-hati dengan salipan para perenang yang sudah tak sabar menyelesaikan putaran mereka.

Air yang jernih dan langit yang cerah dengan deretan pepohonan selalu menjadi kenikmatan tersendiri ketika berenang di sini. Kubah Katedral Putih Lutheran tampak naik turun di kejauhan seiring dengan timbul tenggelamnya kepala para perenang ke dalam air.

Sinar matahari menembus gemericik air dan menciptakan mosaik spektrum cahaya pada tubuh perenang yang menggeliat. Gerakan berenang yang sederhana dan berulang bisa menjadi semacam meditasi yang mendorong kita dari satu titik ke titik lain dalam kotak berisi air.

Hidup menemukan konteksnya yang paling sederhana dan instingtif ketika kita berenang. Jaga pernafasan untuk bertahan hidup. Mengayuh maju dan mengulanginya menjadi aksi filosofis mendasar dan praktikal seperti halnya Atlas dengan beban bola dunia di atas pundaknya.

Angin awal musim gugur tiba-tiba berhembus mendinginkan kolam dan merusak konsentrasi. Saya mengigil lari ke dalam sauna untuk menghangatkan diri.

Tak lama berada dalam sauna bersuhu 75 derajat Celcius, saya mencapai titik lebur dan menceburkan diri kembali dalam kolam layaknya besi panas dicelup ke dalam air. Ritual lokal ini lumrah dilakukan berulang kali dan terasa begitu menyegarkan serta menenangkan ketika kita mencapai titik keseimbangan antara dinginnya air dan panasnya sauna.

Namun semuanya indah pada waktunya. Saatnya beranjak dari dalam air terbuka dan menjejakkan kaki di daratan hingga musim panas berikutnya. (Imy Ferica dari Helsinki, Finlandia)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com