Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penggagas Wisata Mangrove di Balikpapan

Kompas.com - 21/09/2011, 03:12 WIB

LUKAS ADI PRASETYO

Selama tiga bulan pada 2001, Agus Bei mudik ke Banyuwangi, Jawa Timur, sekaligus mengurusi bisnisnya. Begitu pulang, ia kaget dan sedih karena mangrove di depan rumahnya di tepi Sungai Somber, Balikpapan, Kalimantan Timur, menghilang. Tiga hektar mangrove itu habis dibabat orang.

Namun kini, sekitar 10 tahun kemudian, mangrove tak hanya menghiasi depan rumahnya, tetapi juga di sepanjang tepian Sungai Somber. Bahkan, mangrove telah menjadi bagian dari kehidupan Agus Bei melalui Mangrove Center yang dia dirikan, lalu dijalankannya bersama warga setempat.

Mangrove Center yang luasnya sekitar 12 hektar itu kemudian beranjak menjadi ikon baru wisata di Balikpapan, Kalimantan Timur. Pada 21 Juli 2010, misalnya, Mangrove Center dicanangkan Pemerintah Kota Balikpapan sebagai kawasan konservasi.

Tempat itu semakin dikenal orang. Setiap pekan, setidaknya dua rombongan pengunjung dan puluhan orang lain datang ke Mangrove Center yang lokasinya di RT 85, Kelurahan Batu Ampar, Balikpapan.

Siapa pun yang datang ke lokasi itu pasti senang menyusuri sungai dengan perahu kecil bermesin. Orang seakan bisa membelah air jernih yang terlindungi kanopi mangrove nan rimbun. Udaranya segar. Tepi sungai dan laut di Balikpapan Barat, salah satunya di kawasan ini, memang daerah mangrove paling asri sepanjang pantai Balikpapan.

Jika beruntung, pengunjung bisa melihat beberapa bekantan bergelantungan dan asyik menikmati menu favoritnya, buah mangrove. Sebagian orang juga menjumpai elang putih di rerimbunan mangrove tengah menanti saat tepat menukik ke sungai memangsa ikan-ikan. Rawa ini juga menjadi habitat buaya rawa yang juga predator bekantan saat berenang.

Jelas bahwa mangrove menciptakan keseimbangan alam. Alasan itu pula yang membuat Agus, pria yang sehari-hari bekerja sebagai pembuat dan pemasok kotak perkakas keamanan, pada 2001 pindah rumah ke kompleks Graha Indah, Batu Ampar, di tepi Sungai Somber.

Otodidak

Maka, ketika dia melihat hutan mangrove dibabat dan merasakan dampak buruknya, Agus tergerak untuk mendalami seluk-beluk mangrove secara otodidak.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com