Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sepertiga Kepulauan Indonesia Harus Pakai Energi Terbarukan

Kompas.com - 20/09/2011, 15:33 WIB
KOMPAS.com - Kian hari, kian banyak khalayak mafhum kalau sumber energi berbasis fosil seperti minyak bumi makin susut. Sementara, makin banyak pula penemuan energi terbarukan. Salah satunya berasal dari energi matahari.

Sayangnya, di Indonesia, pemanfaatan energi matahari belum sungguh-sungguh meliputi seluruh lapisan masyarakat. Selain harganya yang masih relatif tinggi, pemanfaatan energi ini minim dukungan pemerintah. Section Chief Photovoltaic and LED Light Marketing Department Sharp Electronics Indonesia (SEID) Budi Supomo mengemukakan hal itu kala peluncuran Panel Surya Photovoltaic Tree di Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat pada Selasa (20/9/2011).

Sekadar catatan, melalui Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2010 tentang Percepatan Prioritas Pembangunan Nasional Tahun 2010, pemerintah menambah jumlah pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) hingga 562 megawatt untuk Indonesia bagian Barat. Realisasi ini tentunya memiliki konsekuensi makin membengkaknya kebutuhan minyak bumi. "Padahal, ada energi matahari yang bisa dimanfaatkan," imbuh Budi.

Namun demikian, lanjut Budi, pemerintah, melalui Perusahaan Listrik Negara (PLN) memang memiliki program pembangkit listrik dari panel surya. Khususnya untuk pulau-pulau di luar Jawa. "Tahun depan ada target elektrifikasi dari panel surya ini untuk seribu pulau," tutur Budi.

Tapi, jelas Budi, angka ini belumlah cukup. Soalnya, krisis kelistrikan di Indonesia cenderung makin menghebat. Setidaknya, dalam catatan Budi, sepertiga dari total jumlah pulau di Tanah Air masih belum memperoleh pasokan listrik memadai. "Pembangkit listrik berbahan bakar minyak bumi tentunya tidak mampu memenuhi," tuturnya.

Oleh karena itulah, menurutnya, minimal 30 persen dari 13.677 pulau itu harus menggunakan energi terbarukan. "salah satunya, dari energi matahari," kata Budi menegaskan. 

Ritel belum

Lebih lanjut, terkait dengan pengembangan bisnis panel surya, Budi mengakui, sektor ritel belum menjadi incaran pelaku bisnis. Meski sudah bergerak sejak 2007, SEID misalnya, masih fokus pada konsumen institusi perusahaan baik pemerintah maupun swasta. "Madunya memang masih di sektor itu," akunya.

Ceruk bisnis panel surya untuk konsumen tersebut memang besar. SEID terang Budi sempat menggarap instalasi untuk Kedutaan Besar Austria di Jakarta. Untuk pengerjaan penyediaan tenaga listrik 13 kilowatt peak (satuan kapasitas energi listrik dari panel surya), nilainya mencapai 400.000 dollar AS. Sementara, pada proyek Pertamina di Cililitan, Jakarta Timur, pengerjaan untuk pasokan 10 kilowatt peak berbanderol 300.000 dollar AS.

Budi kemudian memaparkan penghitungan untuk proyek ritel perumahan, sebagaimana yang diwujudkan pada program di kawasan Alam Sutra, Tangerang Selatan. Nilai proyek penyediaan 3500 kilowatt peak untuk satu unit rumah  sekitar Rp 128 juta.

Sementara, pengguna panel surya harus mengganti baterai, minimal enam tahun sekali. "Biaya perawatan sekitar Rp 40 juta selama enam tahun untuk pengguna baterai konvensional," demikian Budi Supomo.    
 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com