Manado, Kompas -
Desy Mantiri, ahli perikanan Universitas Sam Ratulangi, dalam seminar kelautan di Manado, Sabtu (17/9), mengatakan, Indonesia memiliki 782 jenis alga laut dengan aneka warna. Selain itu, alga itu juga menjadi zat pewarna alami bioaktif dan dapat menjadi bahan makanan antioksidan.
Dikatakan, alga laut yang cukup banyak itu menjadi potensi besar untuk meningkatkan perekonomian negara. ”Alga berpotensi menghasilkan biodiesel, menjadi bahan pangan dan pakan ternak, biomassa yang langsung dapat dibakar, untuk industri farmasi plastik, serta metanol guna mengatasi pencemaran lingkungan. Keberadaan alga laut sangat luar biasa dan potensinya besar bagi perekonomian di Indonesia,” katanya.
Happy Joy Korah, Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Sulawesi Utara, mengatakan, upaya memberdayakan alga laut di Sulawesi Utara masih terkendala prasarana alat dan modal. Sulawesi Utara memiliki 70 jenis alga laut dengan areal budidaya sekitar 5.800 hektar.
Akan tetapi, kemampuan pengembangan dan pemberdayaan potensi alga laut baru 600 hektar. ”Jenis pengembangan alga laut yakni gracilaria yang menghasilkan agar-agar dan spinosum menghasilkan ragi,” ujar Korah.
Makro alga atau alga laut adalah tumbuhan yang tidak memiliki akar batang dan daun, tetapi dapat melekatkan diri pada substrat yang keras. Alga merupakan protista mirip tumbuhan. Di dalam sel alga terdapat berbagai plastid, yakni organ sel yang mengandung zat warna. Menurut Desy, klasifikasi alga laut sampai saat ini masih didasarkan pada pigmen yang dikandung.
Alga berbeda dengan rumput laut sebab secara botani rumput laut adalah lamun, sekelompok tumbuhan sejati yang telah beradaptasi dengan air laut. Lamun kurang berarti secara ekonomi bagi manusia.