Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menggantungkan Cita-cita di Satonda

Kompas.com - 14/09/2011, 19:12 WIB

KOMPAS.com - Setelah turun dari Gunung Tambora, tim Ekspedisi Cincin Api Kompas, 24 Juni 2011, langsung menuju Pulau Satonda melalui Nangamiro, Kecamatan Pekat, Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat. Saya termasuk fotografer Agus Susanto dan kamera person Rony Kuncoro bergabung satu tim menuju pulau yang terletak di barat daya Gunung Tambora ini.

Perjalanan menyeberang dari Pantai Beranti menuju Pulau Satonda hanya ditempuh sekitar 45 menit. Perahu bermotor milik nelayan yang kita sewa menembus laut dengan tenangnya. Cuaca panas sekali. Maklum, karena kita baru saja turun dari ketinggian gunung yang suhunya 10 derajat celsius dan langsung ke laut disengat matahari terik.

Selamat datang Satonda...! pulau ini menarik bagi tim ekspedisi, karena merupakan pulau vulkanik yang memiliki sejarah geologi yang unik.

Saat merapat di dermaga, terlihat sebuah kapal phinisi yang lego jangkar mampir mengantar wisatawan bule. Pantai di Pulau Satonda ternyata sangat bersih, terumbu karang di sepanjang pesisir terlihat dari atas permukaan.

Pulau gunung api seluas 4,8 kilometer persegi ini lebih dikenal oleh wisatawan dan ilmuwan dari luar negeri. Kalaupun ada dari dalam negeri yang kesana, lebih banyak warga sekitar yang melakukan ziarah.

Saya bersama Agus dan Rony memilih langsung trek menuju puncak kaldera sebelah timur untuk merekam lebih jelas lanskap danau. Danau di tengah pulau yang berair asin ini dulunya adalah kaldera Gunung Satonda dan diperkirakan terisi karena tsunami letusan dahsyat Gunung Tambora tahun 1815.

Gantung batu

Sekitar 100 meter dari dermaga, sudah bisa dijumpai danau air asin seluas 0,8 kilometer persegi yang berada persis di tengah pulau. Ranting pohon Kalibuda di pinggir danau banyak tergantung batu yang diikat dengan tali.

Sejak awal kami sudah diberi tahu bahwa batu itu digantung warga untuk menyalurkan keinginan, karena ada kepecayaan jika menggantung batu maka keinginan atau cita-cita kita bisa tercapai. Entahlah...yang jelas saya tidak menggantungkan batu di sana dan hanya gurau membujuk Indira Permanasari, anggota tim perempuan, agar menggantung batu biar keinginan mendapat pendamping tercapai.

Itulah nusantara, masyarakat yang hidup di gunung-gunung berapi tidak lepas dari mitos dan kepercayaan, termasuk di Pulau Satonda. Untuk kepercayaan memasang batu di pohon, saya memandangnya sebagai sebuah kearifan lokal. Tidak macam-macam, saya hanya menganggap kepercayaan menggantung batu, mengkeramatkan pohon di sana sebagai salah satu cara menjaga kelestarian pohon dan ekologi danau. Jika saja tidak ada kepercayaan itu, seiring berjalannya waktu pohon bakal ditebang, ekologi danau jadi rusak.

Foto lengkap di: KOMPAS IMAGES
Simak Serial: Tambora, ”Pompeii dari Timur” di Harian Kompas, 15 september 2011

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Video Pilihan Video Lainnya >

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com