Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Minal Aidin wa al-Faizin

Kompas.com - 02/09/2011, 02:02 WIB

MUSDAH MULIA

Tradisi halalbihalal hanya dijumpai di Indonesia. Meski begitu, tradisi ini memiliki akar kuat, yaitu ajaran tentang silaturahim dan saling memaafkan (al-Nur, 24:22, al-Baqarah, 2:237, dan al-Maidah, 5:13). Sulit memastikan kapan tradisi ini muncul, tetapi mulai dilembagakan di Indonesia dalam bentuk upacara kenegaraan tahun 40-an, dan berkembang luas setelah 50-an.

Secara linguistik kata halal berasal dari akar kata halla atau halala, berarti ’melepaskan ikatan’, ’mengurai benang kusut’, ’mencairkan kebekuan’, dan ’menyelesaikan masalah’. Dari beberapa pengertian tersebut dapat ditarik suatu benang merah yang merupakan esensi halalbihalal, yaitu saling memaafkan dan mempererat silaturahim.

Ucapan paling populer saat halalbihalal adalah minal `aidin wa al-faizin kemudian diikuti kalimat mohon maaf lahir batin. Seolah-olah kalimat kedua merupakan terjemahan kalimat sebelumnya, padahal tidak demikian. Ungkapan minal `aidin wa al-faizin merupakan penggalan dari sebuah doa berbunyi: ja`alana llahu wa iyyakum minal `aidin wa al-faizin (Semoga Allah menjadikan kita tergolong orang-orang yang kembali dan memperoleh kemenangan). Ada dua konsep dalam doa itu: al-`aidin (orang-orang yang kembali) dan al-faizin (orang-orang yang memperoleh kemenangan). Pertanyaan kritis, siapa mereka?

Pertama, al-`aidin artinya mereka yang merayakan Idul Fitri karena berhasil kembali ke fitrah atau kembali menyucikan diri (bertobat). Manusia selalu diingatkan untuk kembali ke fitrah. Fitrah adalah suatu kesadaran mendalam akan keesaan Tuhan (tauhid) yang membuat manusia memiliki kecenderungan alamiah berbuat kebaikan dan menjauhi kejahatan. Setiap bentuk penyimpangan terhadap fitrah merupakan dosa, karena itu manusia perlu bertobat. Manusia yang baik bukan berarti tidak pernah berbuat penyimpangan, melainkan manusia yang setiap kali menyimpang lalu sadar dan segera kembali bertobat sambil bertekad tidak mengulangi kesalahan lagi (Ali Imran 3:135).

Kedua, al-fa`izin, berarti orang-orang yang memperoleh kemenangan karena berhasil mentransformasikan diri menjadi manusia bermoral, menundukkan ego dan menguasai hawa nafsu sehingga Allah menjanjikan pengampunan dan kenikmatan surgaw. Agama seharusnya membebaskan manusia dari musuh-musuh agama berupa ketidakadilan, kezaliman, kemiskinan, kebodohan dan berbagai penyakit sosial lainnya akibat memperturutkan hawa nafsu. Para pemuka agama dan penguasa mengemban amanah untuk membantu masyarakat terbebas dari musuh-musuh agama secara optimal dan efektif.

Puasa Ramadhan dan serangkaian ibadah di dalamnya merupakan mekanisme penyucian diri sehingga kita tergolong dalam kelompok al-`aidin wa al-faizin. Ciri-ciri mereka dilukiskan Ibnu Sina, filosof Islam terkemuka (w. 1037 di Iran) dalam bukunya Al-Isyarat wa al-Tanbihat sebagai berikut. ”Mereka adalah orang-orang yang arif bijaksana, bebas dari ikatan raganya, lepas dari kungkungan ego dan nafsunya. Mereka selalu gembira dan penuh senyum karena hati penuh diliputi cinta kepada-Nya. Semua makhluk dilihatnya sama karena yakin, hanya Allah yang Mahasuci. Bagi mereka, semua makhluk wajar mendapatkan rahmat, baik yang taat maupun bergelimang dosa. Mereka tidak suka mencari-cari kesalahan dan kelemahan orang lain, tidak pernah marah atau tersinggung meskipun menghadapi hal-hal mungkar karena jiwa selalu diliputi rahmat dan kasih sayang”.

Semoga Allah menggolongkan kita al ‘aidin wal faizin. Amin.

Musdah Mulia, Cendekiawan Islam, Anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com