Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

2015, Bali Selatan Defisit Air Bersih

Kompas.com - 20/08/2011, 07:34 WIB

DENPASAR, KOMPAS.com - Denpasar dan beberapa kota lain di Bali selatan diperkirakan mengalami defisit air bersih pada 2015. Ini terjadi akibat pemanfaatan yang agresif terhadap air tanah di wilayah tersebut.

Hal tersebut dikemukakan oleh Ketua Pusat Studi Pembangunan Berkelanjutan Universitas Udayana, Dr KG Dharma Putra MSc. Ia mengungkapkan, Bali bagian selatan termasuk Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan perlahan-lahan mengalami kekurangan pasokan air bersih.

Hasil penelitian tentang air yang dilakukan Japan International Cooperation Agency (JICA) itu menyimpulkan bahwa kawasan Bali selatan kemungkinan akan mengalami kekurangan pasokan air sekitar 1.500 - 2.500 liter per detik pada 2015. Kekurangan air ini terjadi akibat banyaknya pembangunan di kawasan tersebut, terutama pembangunan fasilitas pendukung pariwisata dan pemukiman baru. Tidak sampai menunggu tahun 2015, kata Dharma Putra, sekarang pun kawasan Bali selatan sejatinya sudah mengalami kekurangan air.

"Prediksi itu didasarkan pada hasil studi komprehensif ketersediaan air sungai dan danau di Bali pada tahun 2006 dan hasil studi penelitian JICA tahun 2009 tentang air," kata Dharma Putra seperti dikutip Antara, Sabtu (20/8/2011).

"Hotel-hotel yang ada di kawasan itu menggunakan air tanah karena terbatasnya pasokan air dari PDAM. Demikian pula sekitar 10.000 rumah baru di sana mengalami kondisi kekurangan air," ujarnya.

Ia mengatakan setiap kamar hotel rata-rata menghabiskan 1.500 liter air per hari. Padahal, kapasitas air yang mampu dipenuhi PDAM untuk kawasan Nusa Dua, Kabupaten Badung, saat ini baru sekitar 900 liter per detik. Di Denpasar dan Badung (di luar Nusa Dua), kapasitas air PDAM sekitar 2.500 hingga 3.500 liter per detik. Jumlah itu belum mampu menjawab total kebutuhan air.

Dharma Putra berharap pemerintah setempat segera mewujudkan penyediaan air bersih. Jika tidak, pengeboran air bawah tanah secara terus-menerus dapat mengakibatkan intrusi air laut ke daratan, mengganggu keseimbangan alam, serta dapat merusak siklus ekosistem.

"Hasil pengamatan terakhir terhadap air tanah di pesisir Sanur, Kuta, Benoa, dan Nusa Dua ternyata sudah terasa asin. Hal itu menunjukkan telah terjadinya intrusi air laut," katanya.

Ia menambahkan, kapasitas air permukaan dari beberapa sungai di Bali sesungguhnya mampu menjawab kemungkinan krisis air tersebut. Air sungai tersebut dapat diolah, kemudian dialirkan ke reservoir melalui pipa transmisi. Selanjutnya, air dapat ke rumah-rumah dan hotel di kawasan Bali bagian selatan.

Hasil studi JICA juga menjelaskan bahwa ada empat tukad atau sungai di Bali yang mampu mendukung pasokan air tersebut. Keempat sungai itu meliputi Sungai Unda di Kabupaten Klungkung, Petanu di Kabupaten Gianyar, dan Yeh Penet di perbatasan Kabupaten Tabanan dan Badung.

"Jika sudah ada implementasi jaringan pemipaan air, Sungai Unda mampu memasok tambahan air sekitar 2.500 liter/detik, Sungai Petanu 300 liter/detik, dan Sungai Penet 300 liter/detik," ujarnya.

Ia mengatakan, pemerintah dapat membangun sarana dan prasaran penunjang kebutuhan air bersih itu dalam tiga tahun mendatang. Artinya, Bali selatan tidak perlu kekurangan air bersih pada 2015.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com