Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Riset Berjalan Tanpa Pemanfaatan

Kompas.com - 13/08/2011, 03:10 WIB

Jakarta, Kompas - Riset diversifikasi pangan untuk substitusi beras dan tepung terigu terus berjalan. Akan tetapi, tidak ada program pemanfaatan optimal. Misalnya, terkait riset sumber karbohidrat talas (Colocasia esculenta) untuk memperoleh varietas tahan salinitas dan tahan kekeringan.

Hal itu dikatakan Made Sri Pana, peneliti bioteknologi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Kamis (11/8) di Jakarta.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, pada peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional Ke-16, Rabu lalu, menegaskan pentingnya inovasi di bidang pangan. Keterbatasan pangan seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan perubahan iklim.

Menurut Pana, saat ini pengembangan pangan pokok masih terbatas pada beras dan terigu. Dalam penanganan dampak bencana, pemerintah mendistribusikan beras dan mi instan.

Bahan pangan pokok lain, seperti talas atau umbi-umbian, sorgum, sagu, dan jagung, menghilang dari tradisi masyarakat.

”LIPI mengoleksi plasma nutfah talas sebanyak 40 varietas dari berbagai pulau selain Papua, yang ditempatkan di Cibinong Science Center LIPI,” kata dia.

Made Sri Pana menjalankan program riset kerja sama LIPI dengan International Network for Edible Aroids (INEA) periode 2011-2015. Tahun ini, Pana mengembangkan riset talas dengan mendatangkan 50 varietas talas lagi dari Samoa dan Fiji, serta Afrika. Talas dari Samoa dan Fiji untuk pengembangan varietas tahan salinitas, sedangkan talas dari Afrika untuk pengembangan varietas tahan kekeringan.

”Australia menggalakkan pertanian talas secara modern dan besar-besaran di bagian utara negara itu. Vietnam dan AS (Amerika Serikat) mengembangkan tepung talas untuk substitusi terigu,” kata Pana. Adapun Indonesia belum melakukan apa pun terkait hasil penelitian.

Deputi Menteri Riset dan Teknologi Bidang Kelembagaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Benyamin Lakitan mengatakan, teknologi untuk inovasi pangan terutama diversifikasi pangan bukan satu-satunya solusi. Masih terdapat kendala sosiokultural dan ekonomi masyarakat.

”Program Sistem Inovasi Daerah dikembangkan untuk menjawab kebutuhan masyarakat,” kata Benyamin.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com