Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

NASA Godok Wisata Murah ke Mars

Kompas.com - 05/08/2011, 04:44 WIB

KOMPAS.com — Wisata ke luar angkasa bukan hal baru. Dengan menumpang kapsul Soyuz milik Rusia, beberapa miliarder sudah mencicipi berkunjung beberapa hari ke Stasiun Antariksa Internasional (ISS) meski harus merogoh kocek miliaran rupiah.

Pada masa depan, wisata semacam itu mungkin bisa lebih lama dan jauh, termasuk ke Planet Mars. Bahkan, harganya bisa jadi lebih ekonomis. Kemungkinan untuk mengadakan perjalanan murah ke Mars sedang digodok oleh NASA dan Space Exploration Technologies.

"Perjalanan dengan kapsul Dragon di roket Falcon Heavy dapat pergi ke Mars dengan biaya ratusan juta dollar AS, tidak miliaran," kata Pete Worden, Direktur Ames Research Center milik NASA dalam konferensi penerbangan luar angkasa komersial NewSpace 2011, akhir pekan lalu.

Space Exploration Technologies, atau disingkat SpaceX, saat ini sedang mempersiapkan uji penerbangan kapsul Dragon yang akan dilakukan pada 30 November. Kapsul tersebut akan terbang menuju stasiun luar angkasa. SpaceX berencana menambah kemampuan Dragon untuk menerbangkan orang ke luar angkasa, dan suatu hari nanti ke Mars.

Misi yang secara informal disebut Red Dragon ini akan mengikuti Mars Science Laboratory yang akan diluncurkan NASA, November nanti. Rencananya, NASA akan mendaratkan pesawat di Mars, Agustus tahun depan, dengan tujuan mengetahui kemungkinan planet untuk mendukung kehidupan mikroba, atau malah mencari tahu apakah planet pernah mendukung kehidupan tersebut.

Red Dragon direncanakan mengebor Mars untuk masuk ke dalam es yang terkubur dan mencari bukti-bukti kehidupan. "Salah satu hal penting adalah mencari kemungkinan kehidupan pada masa lalu," kata Worden. Misi Red Dragon juga berusaha mengetahui kemungkinan penerbangan membawa sejumlah beban ke Mars, hal yang terjadi saat membawa manusia ke Mars.

Elon Musk, pengusaha di balik SpaceX, mengatakan, hal yang superpenting dalam sejarah adalah, "Apakah kita akan menjadi spesies multiplanet atau tidak? Jika tidak, masa depan kita tidak terlalu cerah. Kita hanya berkerumun di Bumi sampai waktunya malapetaka tiba." (National Geographic Indonesia/Alex Pangestu)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com