Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Stasiun Antariksa Akan Ditenggelamkan

Kompas.com - 02/08/2011, 06:43 WIB

Oleh Brigitta Isworo Laksmi

Alam pikiran manusia berbatas horizon yang tak bertepi. Segala yang tak terverifikasi secara ilmu pengetahuan kita sebut ”mimpi”. Stasiun antariksa internasional adalah salah satu mimpi yang menjadi kenyataan. Salah satu perwujudan mimpi itu akan terkubur di samudra pada tahun 2020.

Adalah Edward Everett Hale yang merentangkan batas imajinasinya hingga ke batas tak terkira. Ia menuliskan cerita pendek The Brick Moon yang dimuat secara berkala dalam ”The Atlantic Monthly” tahun 1869. Sebuah kisah fiksi tentang ”satelit buatan”. Dia menulis tentang suatu wahana dari batu bata, berdiameter sekitar 70 meter yang diluncurkan ke orbit Bumi dan secara tak sengaja ada manusia terbawa di dalamnya.

Perihal antariksa juga dikisahkan Jules Verne—penulis fiksi sains yang imajinasinya banyak terbukti sekarang. Verne menuliskan From Earth to the Moon pada 1865—meski tidak menyebut satelit buatan, tetapi memuat mimpi tentang manusia di antariksa. Masih soal Bulan, Verne, antara lain, menulis Around the Moon pada 1870.

Dasar keantariksaan

Baru pada 1923, ilmuwan kelahiran Hermannstadt, Transilvania, Romania, Hermann Oberth—yang kemudian tinggal di Jerman—meletakkan dasar-dasar teknologi antariksa.

Buku-bukunya, The Rocket into Interplanetary Space (1923) dan Ways to Travel in Space (1929), bisa dikatakan menjadi dasar pengembangan teknologi antariksa kemudian.

Oberth menguraikan proyek ruang angkasa mulai dari roket dan satelit, hingga pendaratan di Bulan, penelitian-penelitian planet, stasiun antariksa internasional, hingga kemungkinan kapal alat transportasi antariksa.

Dari yang dia pelajari di jurusan kedokteran, dia yakin tubuh manusia mampu menahan beban yang mungkin muncul di antariksa, seperti kondisi tanpa bobot atau tekanan pada tubuh akibat percepatan ekstrem.

Pemikiran Oberth dilanjutkan oleh H Noordung (1929) dengan The Problems of Navigating the World.

Maka, mulailah sejarah stasiun antariksa, yang diwarnai dengan ”perlombaan antariksa” antara Amerika Serikat dan Uni Soviet—lalu jadi Rusia saat Uni Soviet pecah tahun 1991. Seperti kisah ”pendaratan di Bulan” saat Uni Soviet mengirim Sputnik ke Bulan lebih dulu daripada AS, sebelum astronot AS, Edwin Aldrin, menapakkan kaki di Bulan, soal laboratorium antariksa juga diawali Uni Soviet.

Tahun 1971, Uni Soviet meluncurkan Salyut-1. Dua tahun kemudian, AS mengorbitkan Skylab yang sempat dikunjungi tiga awak sebelum tahun 1974 ditinggalkan. Kedua negara kemudian ”rujuk” setelah Uni Soviet meluncurkan Mir dan AS mengembangkan Freedom.

Tahun 1993, kedua negara raksasa, Rusia dan AS, sepakat berbagi tugas demi terciptanya laboratorium antariksa yang bisa didiami manusia. Maka, digabunglah proyek Mir-2 dari Badan Antariksa Rusia (RSA) dengan Freedom—proyek Badan Penerbangan dan Antariksa Nasional AS (NASA).

Pesawat ulang alik AS menjadi pembawa kebutuhan membangun ISS; mulai dari tiang penopang, 4 elemen rangkaian sistem energi surya, kebutuhan laboratorium, dan modul agar ISS bisa ditinggali manusia, juga sistem untuk ”berjalan di ruang angkasa” (spacewalk).

Pihak Rusia menyediakan, antara lain, modul pendaratan (universal docking module). Negara-negara Eropa Barat—anggota Badan Antariksa Eropa (ESA)—menyediakan laboratorium sains Columbus, serta kendaraan untuk transfer kargo secara otomatis (ATV). Tahun 1998, ISS diluncurkan.

Penelitian kemanusiaan

Sepanjang sejarah kehidupan, manusia selalu disesaki kegalauan; akan asal muasal kehidupan, hingga kemungkinan adanya kehidupan di luar planet Bumi, di antariksa yang gravitasinya nol.

Bagi AS, berdasarkan undang-undang terkait NASA tahun 2010, ada empat wilayah penelitian di ISS, yaitu bidang kesehatan, eksplorasi, teknologi yang memungkinkan eksplorasi antariksa di masa depan, riset sains untuk fisika dan kehidupan manusia, serta penelitian untuk ilmu bumi dan antariksa.

Awal Juli lalu, penelitian akan vaksin Salmonella, Recombinant Attenuated Salmonella Vaccine dimulai di ISS, juga dilakukan penelitian terhadap ragi untuk mengetahui efek gravitasi nol pada sel-sel manusia.

Eksplorasi antariksa terus berlanjut di masa depan. Untuk itu, AS memiliki program bagi penelitian komunitas yang bisa diikuti oleh pelajar usia di bawah 10 tahun hingga remaja.

Namun, masa hidup ISS tinggal 4-9 tahun. Rencananya, ISS akan diterjunkan dan ditenggelamkan ke lautan, paling cepat tahun 2015 dan paling lambat tahun 2020.

Menurut Wakil Kepala RSA, Vitaly Davydov, penghentian pengorbitan ISS akan dilakukan secara hati-hati agar ISS tidak menjadi ”sampah antariksa yang berbahaya”. Rusia menenggelamkan Mir di Pasifik tahun 2001, Skylab milik AS jatuh dari orbit tahun 1979.

Kini, ISS adalah wahana antariksa terbesar sepanjang sejarah—bisa disaksikan dengan mata telanjang dari Bumi dan bisa ditinggali enam orang. Dengan apa kisah eksplorasi manusia di antariksa akan dilanjutkan memang belum jelas. Namun, manusia tak akan menyerah.(oberth-museum.org/NASA.org)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau