Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Memantau Situs di Aliran Lahar Dingin

Kompas.com - 23/07/2011, 18:28 WIB

KLATEN, KOMPAS.com — Pemantauan situs purbakala yang ada di dekat sungai aliran lahar dingin Gunung Merapi mulai kini akan dilakukan secara periodik mengingat letaknya labil terhadap ancaman banjir lahar dingin sungai yang berhulu di Merapi tersebut.

Ketua Kelompok Kerja Publikasi Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Tengah Wahyu Kristanto di Klaten, Sabtu,  mengatakan, untuk situs-situs purbakala yang berada di dekat aliran lahar dingin, perhatiannya lebih ditingkatkan agar keberadaannya tetap terjaga.

"Nantinya tim kami akan melakukan pemantauan secara periodik mengenai perkembangan kondisi dua situs ini dari hari ke hari. Kalau pada akhirnya dirasa sudah berbahaya, bisa saja dilakukan pemindahan," katanya.

Dikatakan, pemantauan terhadap situs purbakala yang ada di dekat aliran lahar dingin di antaranya akan dilakukan untuk situs Candi Kaliworo A dan Kaliworo B yang berada di dekat Kali Woro yang mengalir di Kabupaten Klaten.

Selain itu, ujar Wahyu, juga dilakukan pantauan periodik untuk Candi Asu, Candi Lumbung, dan Candi Pendhem yang ada di Kabupaten Magelang dan berada dekat aliran Kali Pabelan serta Kali Tlising.

Kepala BP3 Jawa Tengah Trihatmaji menjelaskan, kelima candi tersebut terancam rusak bahkan hilang terutama yang berada di dekat aliran Kali Pabelan, Muntilan, Magelang, jika aliran banjir lahar dingin terjadi dengan intensitas besar.

"Ancaman juga ada pada Candi Kaliworo A dan Kaliworo B yang berada di Klaten. Candi Kaliworo A bahkan hanya berjarak 15 meter dari bibir Kali Woro sehingga kami tingkatkan upaya pengamanan untuk situs tersebut," kata Trihatmaji.

Candi Kaliworo B, menurut Trihatmaji, meski jaraknya tak begitu dekat dengan Kali Woro, keberadaannya juga terancam lantaran berada di jalur angkutan berat pasir dan batu sehingga ancaman terbesar adalah amblesnya tanah yang menjadi pijakan karena berada di area penambangan.

Trihatmaji mengatakan, jika dari hasil pantauan menunjukkan bahwa situs-situs ini mendesak dipindah, bisa saja dilakukan pemindahan meski akan melewat proses yang cukup sulit.

"Kalau alasan pemindahan tersebut memang karena faktor alam bisa dilakukan karena alam tak bisa dilawan," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com